Dirimu dan Dirinya.
"maafkan aku. aku tidak bermaksud menduakanmu va!"
"Omong kosong! kau pikir aku akan percaya setelah apa yang kau lakukan padaku? aku bodoh karena termakan omongan busukmu itu!"
pria itu menatapnya dengan rasa bersalah. ia lalu menarik tangan Reva dan menggenggamnya dengan erat. menyatakan bahwa dia sangat menyesal.
namun dengan kasar Reva menepis tangan itu. Amarahnya memuncak dan emosinya tidak terkendali lagi .
"Va. aku mohon. aku menyesal." Pria itu berkata dengan suara bergetar dan matanya berkaca-kaca. Reva hampir melemah namun amarahnya lebih besar saat ini.
"Jangan bicara lagi! kau membuatku muak! cukup sampai disini. seharusnya dari awal aku percaya pada omongan Dinar ketimbang mempercayaimu."
"Va,., aku menyayangimu sungguh. tidak ada orang lain dihatiku selain kamu.."
"sudah cukup kubilang! kita selesai.. jangan pernah muncul dihadapanku lagi."
Reva melangkahkan kakinya dengan lebar dan amarah yang masih menyelimuti hatinya. ia berusaha menahan air matanya yang sejak tadi mendesak untuk keluar. ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan pria brengsek itu.!
Kalau saja tadi ia tidak mengikuti kemana pria brengsek itu pergi, ia tidak akan pernah tahu kebohongan busuknya. Dengan kedua matanya sendiri ia melihat pria yang selama ini ia cintai bersama seseorang yang juga telah dianggapnya sebagai orang yang penting dengan mesranya melakukan sesuatu yang membuatnya ingin muntah.
hatinya begitu hancur dan membuatnya sangat marah.
*****
Reva pulang ke rumah dengan hati yang kacau. Perasaan sakit, marah, terkhianati dan tidak percaya kini bercampur dihatinya. semua terasa sesak. Reva masih menahan tangisnya dan ini membuatnya sulit bernafas.
ia berharap semua yang ia alami hari ini hanyalah mimpi buruk dan setelah ia bangun semua akan hilang. tapi tidak. semua ini adalah kenyataan.
Reva berjalan dengan gontai menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
setelah masuk ke dalam kamarnya Reva hanya duduk di sisi ranjangnya dalam diam. selama lima belas menit ia hanya terdiam disana dengan tatapan kosong.
Lalu setitik air mata mengalir dari pelupuk matanya. kemudian air mata itu menyeruak kembali namun kini lebih deras. tangisnya tidak bisa lagi ditahan. airmatanya jatuh dengan ganas dan mendesak untuk tumpah. Reva menutup mulutnya dengan telapak tangan untuk menahan isakkannya yang semakin kecang.
Ia tidak percaya tiga tahun ia menjalani semua hari-harinya bersama orang brengsek itu! semua berakhir dengan amat menyakitkan. dan luka ini semakin dalam mengingat orang ketiga dibalik semua ini adalah seseorang yang begitu penting baginya.
*****
"Maafkan aku, "
Reva mendorong tubuh gadis itu hingga ia tersungkur di lantai. matanya menyiratkan amarah yang begitu besar terhadap gadis itu.
"aku minta maaf! kita sudah seperti saudara, aku tidak ingin bertengkar denganmu seperti ini. jangan membenciku!"
Kali ini reva menatap gadis itu dengan tajam . "Saudara? Lalu apa yang kau lakukan dengan pria brengsek itu?! kau anggap itu perlakuan kepada seseorang yang telah kau anggap saudara?!"
"dengarkan penjelasanku dulu va..aku.."
"aku tidak butuh penjelasan apapun. jangan bicara lagi! aku tidak ingin melihatmu.. kau menjijikan. kau sama menjijikannya dengan pria breksek itu." setiap penekanan dari kata yang ia ucapkan terdengar begitu tajam dan menusuk. Reva tidak bisa lagi menahan semuanya.
amarahnya yang coba ia tahan sekarang meledak bagaikan bom waktu. semua makian itu meluncur dari mulutnya yang bahkan tidak pernah ia kotori dengan perkataan seperti ini selama hidupnya.
"5 tahun, kita bersahabat. aku menganggapmu sebagai kakakku sendiri. kedua orang tuaku merawatmu dan aku menyangyangimu dengan tulus Alexa! tapi kenapa kau dan dia begitu tega menusukku dari belakang. Apa salahku?! bahkan melihatmu sekarang membuatku muak! " Reva berkata dengan suara tertahan. suaranya bergetar seiring air mata yang merembes jatuh dari matanya.
Namun sekarang Alexa berdiri dan mengusap air matanya dengan tangan. Sebuah senyum tersembul dari wajahnya. senyuman yang terlihat begitu pahit.
"cukup. Aku tidak akan memohon maaf darimu lagi, Reva." ucapnya.
"apa?"
"Aku tidak melakukan sesuatu yang salah. seharusnya aku tidak perlu berlutut dan meminta maaf padamu seperti seorang pengemis. memuakkan...." kata Alexa datar dan dingin.
Reva merasa kakinya lemas dan akan jatuh mendengar perkataan alexa barusan. tidak ini bukan alexa yang ia kenal selama ini.
"kekasihmu jatuh cinta padaku dengan mudahnya..2 tahun. kami menjalani semuanya tanpa sepengetahuanmu. aku hebat bukan?"
"Alexa.. "
"kau pikir kau hebat? semua orang mengaggapmu orang baik dan semua yang ada padamu adalah sempurna. kau pikir kau siapa bisa memakiku dengan mulutmu itu!"
Alexa tertawa kecil kemudian berjalan mendekat ke arah Reva, tatapannya begitu tajam dan membuat Reva sedikit bergidik.
"Bagaimana perasaanmu melihat seseorang yang kau cintai direbut oleh orang lain? sakit? tentu saja. kau merasakan apa yang kurasakan selama ini."
Reva merasa bagaikan tertancap pisau yang begitu tajam mendengar perkataan Alexa barusan. Apa yang ia perbuat selama ini kepada Alexa sampai ia tega melakukan hal ini padanya?
"Kau tau apa salahmu? tentu kau tidak akan pernah tahu, karena kau menganggap dirimu adalah seorang malaikat tanpa pernah melakukan dosa! ya.. ayahmu memang begitu baik mau mengurusku dan putrinya yang selalu berlaga menjadi penjanggaku. membuatku muak." ungkap Alexa.
Kakinya terasa begitu lemas dan tidak sanggup menopang tubuhnya lagi. Reva pun terduduk ke lantai dan cairan bening kembali mengalir dari pelupuk matanya.
"Semua orang memujamu. Di sekoah, kampus.. semua orang yang begitu bodoh karena tertipu. Kau tahu? ketika pertama kali aku merasakan diperhatikan oleh seseorang, aku begitu senang dan begitu percaya diri. Namun, pahit. Waktu yang ia berikan untuk memperhatikanku, semua itu hanyalah alasan untuk lebih dekat denganmu. Bahkan ketika aku yakin dia benar-benar berada di pihakku. menurutmu bagaimana perasaanku?"
Reva meraba dadanya yang begitu sakit mendengar setiap pengakuan yang diucapkan Alexa. ternyata ia begitu banyak tersakiti karena Reva.
"Rian. Dia cinta pertamaku. aku mencintainya bahkan sampai detik ini. Bahkan ketika tahu bahwa semua hal manis yang ia lakukan adalah kedok untuk mendekatimu, aku tetap mencintainya. ketika ia pergi dari dunia ini, kau tahu.. akulah yang paling sakit."
"Alexa.. jadi selama ini...." Reva tidak sanggup melanjutkan perkataanya.
"Jangan kau pikir semua hal akan berjalan sesuai keinginanmu sayang. kau harus mendapatkan rasa sakit.. dan aku berhasil membuatmu merasakan apa itu 'sakit'. bagaimana?"
plak.
sebuah tamparan menghempas wajah Alexa. Ia hanya terdiam dan tersenyum sinis. Reva mengutuk tangannya yang bergerak tanpa disadari.
"A,,aku tulus menyayangimu sebagai saudaraku sendiri Alex."
"aku tidak butuh ketulusanmu!" bentak Alexa. ia kemudian berjalan pergi meninggalkan Reva yang masih membeku.
Reva masih terkejut dan ini sangat menyakitinya. Ia tidak tahu harus melakukan apa. hatinya begitu terluka. Ternyata sahabat yang sangat ia sayangi menyimpan begitu banyak kebencian padanya. Dan ia tidak pernah menyadari itu semua.
Reva mengutuk dirinya sendiri. mengapa ia begitu bodoh dan tidak bisa menyadari semuanya?
*****
Alexa meraba nisan yang berukirkan nama seseorang yang begitu ia cintai itu dengan pelan. Batu nisan itu terasa begitu dingin ditangannya.
"apa kau baik-baik saja? apa kau kesepian disana?"
"dan ya.. kau tahu Rian, aku berhasil membuat Reva merasakan apa yang dulu kurasakan. aku hebat bukan?" ucap Alexa pelan. Nadanya terdengar begitu getir.
"kalau kau masih disini. apa kau akan memakiku juga seperti yang Reva lakukan? Aku rasa kau akan melakukan itu.."
angin berhembus menerpa pepohonan dan suara gemerisik daun menemani Alexa yang masih diam menatap nisan itu.
"Jika aku datang padamu maukah kau menerimaku?" gumamnya. Tiba-tiba sebuah senyum tersembul dari wajahnya. Kemudian ia bangkit dan sejenak terpaku menatap langit yang mulai tertutup awan. Ia kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan makam itu.
apa kau akan menerimaku jika aku datang padamu, rian?
*****
Reva menyeka air matanya yang sedari tadi tumpah. Ia kemudian mengambil segenggam bunga dan menyebarkannya di atas gundukan tanah yang masih basah itu.
"Aku memaafkanmu Alexa. Tolong.. Maafkan aku juga.." ucapnya dengan lirih. Air matanya kembali keluar.
"Selamanya, kau adalah Alexa. Bukan hanya sahabatku, tapi kau juga keluargaku." ucapnya lagi.
Masih teringat jelas dalam benaknya saat kabar buruk ini datang. Kemarin malam, Taksi yang ditumpangi Alexa mengalami kecelakaan yang begitu parah. Supir dan Alexa tidak tertolong. Dan Alexa menghembuskan nafas terakhirmya di tempat kejadian.
Reva begitu terkejut dan seluruh tubuhnya terasa membeku. saat itu ia sadar, ia memang membenci Alexa. tapi, rasa sayangnya pada Alexa lebih besar dari bencinya. ia merasa begitu menyesal telah membuat Alexa seperti ini.
Dan kini, Alexa pergi darinya untuk selama-lamanya. Mungkin ia akan bahagia karena ia bisa bertemu Rian disana.
++++++
PS : yak. agak sedikit bingung bikin endingnya. haha jadi mungkin jelek di ending. soalnya aku agak sedikit sulit menentukan ending sebenernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar