Rate : G
Genre : romace, sad maybehh
Cast : Lee Dong Hae and other cast
Disclaimer : disini aku enggak ngasih tau POV masing2.. tapi dr penulisan kayaknya udah bisa tau kanyah? ehehe
author said : ini real, don't copas
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Donghae tetap terdiam dengan acuh.
“dan gadis kecil ini akan menjadi adikmu. Namanya Shin Sung Hyo. Lihat dia, dia cantik bukan?”
Donghae menatap gadis kecil dihadapannya itu dengan dingin. Gadis itu memiliki rambut panjang hitam yang dikuncir dua dan boneka beruang mungil yang dipegangnya. Kemudian gadis itu tersenyum. senyuman yang terlihat polos . Matanya yang bening sejenak membuat donghae terpaku.
“kenapa kau diam saja donghae..?” tanya ayahnya.
Donghae mengankat kepalanya dan memandang ayahnya dengan tatapan menyerigai. “apa yang harus kukatakan?” ucapnya dingin.
Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada wanita yang berada disamping ayahnya dengan tatapan datar. “Dia tidak akan pernah menjadi ibuku. Aku tidak sudi memanggilnya ibu! Wanita miskin itu bagaimana dia bisa menjadi ibuku!! HAH?”
PLAKK
Sebuah tamparan telak mendarat dipipinya. Donghae meringis perih. Ia merasakan ujung bibirbnya berdarah.
“Yeobo.. hentikan. Sudah. Sudah.”
“Kau. JAGA BICARAMU! Dia akan menjadi ibumu. Hormati dia.!” Ayah mengecamnya dengan suara bergetar karena menahan emosi.
Donghae memandang ayahnya dengan tatapan tajam. “cih. Jangan berharap. Aku tidak akan pernah mengeluarkan kata-kata itu untuknya.”
Donghae kemudian berjalan pergi dengan langkah lebar meninggalkan ayahnya. Tapi sebuah tangan menahan donghae.
“oppa.. jangan pergi.”
Gadis kecil itu menahan lengannya. Donghae menatap gadis itu dengan tajam . “jangan pernah memanggilku oppa!.” Ucapnya lalu dengan kasar menepis tangan kecil gadis itu hingga ia tersungkur jatuh.
Prangg.
“SUNG HYOO..”
Donghae menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang. . Darah . Gadis itu membentur meja kaca hingga vas bunga jatuh dan mengenainya. Darah. Gadis kecil itu berdarah. Donghae menatap mata kecilnya yang memandang Donghae. Bibirnya masih bergumam. “Oppa.. jangan pergi.”
Ia merasakan kakinya lemas dan jantungnya berdebar. apa yang telah ia lakukan?
“Rumah sakit, kirimkan ambulance.. Segera!!”
“Sunghyo bertahan nak..sunghyo..”
Suara ayahnya dan wanita itu begitu panik. Donghae merasakan sesaat dirinya menghilang. pandangannya tetap terpaku pada wajah gadis kecil itu yang mulai pucat dan Bibirnya tetap bergumam.
“Oppa jangan pergi..”
Ayahnya bangkit dan sebuah tamparan mendarat untuk kedua kalinya. Kali ini Donghae tidak merasakan perih. “APA YANG TELAH KAU LAKUKAN??!” ayahnya nyaris berteriak.
Donghae terdiam sesaat. Tapi kemudian ia tersenyum. “aku tidak melakukan apa-apa..” jawab donghae dengan santai.
Ayahnya kembali mengangkat tangannya hendak melayangkan pukulan. Namun ia terhenti. Donghae melihat jelas urat diwajah ayahnya tersembul karena menahan amarah.
Tapi Donghae tetap tidak perduli. Ia kemudian berbalik dan melangkah pergi meninggalkan ayahnya. Jantungnya masih berdebar, namun amarahnya lebih besar saat ini.
“OPPA.. jangan pergi.”
===
9 tahun kemudian..
“baik..!” sahut sunghyo dengan semangat.
“apa bocah itu pulang ?” tanya ayah yang tiba-tiba sudah berada disamping sunghyo yang sedang menata meja makan.
“appa sudah bangun.? Iya. Duduklah, sarapan hampir siap..” ujar Sunghyo. Ia kemudian melepaskan celemek yang ia pakai dan menaruhnya di atas sandaran kursi. “aku akan membangunkannya agar kita bisa sarapan bersama-sama.” Ucapnya lagi.
Ia kemudian menaiki anak tangga dengan cepat. Kamar kakaknya memang berada diatas tepat berada disamping kamar SungHyo.
Ia mengetuk pintu kamar itu dengan keras. “OPPA.. bangun sudah pagi. Sarapan sudah siap!!” serunya.
Tapi tidak ada jawaban. Sunghyo mendesah kesal. “Bocah malas.!”
“Oppa.. kalau kau tidak juga keluar aku akan masuk kedalam! Oppa... “
Tetap tidak ada jawaban. Baiklah ia akan masuk.
Ia kemudian memutar gagang pintu yang ternyata tidak dikunci. Dengan perlahan ia membukanya.
“Oppa..apa kau masih tidur? ”
Lampunya mati jadi ruangan itu begitu gelap. Ia melangkah masuk ke dalam dan meraba-raba dinding mencari saklar lampu.
Trengg! (suara apa ituh.. ekeke)
Lampu menyala. Sunghyo mengerjapkan matanya yang sedikit kabur akibat langsung terkena cahaya.
“OH MY GOD.. “ SungHyo tercengang melihat pemandangan kamar donghae ini. benar-benar berantakan seperti kapal pecah. Tidak lebih parah, mungkin keadaanya seperti kapal titanic yang terbelah dua.
Sunghyo melangkah kan kakinya perlahan mendekat menuju ranjang donghae. Pakaian-pakaian, botol-botol bir, dan segala macam benda berserakan dilantai membuatnya sulit berjalan.
“Apa-apaan ini. orang ini benar-benar..”
Sung hyo mengguncang tubuh donghae yang memunggungi dirinya. “Oppa bangunlah!! Omo.. kenapa kau begitu jorok. Lihat kamarmu ini. aish.. apa kau tidak mau bangun juga?!!”
Sunghyo mengguncang tubuh kakaknya lebih kencang. “Op...” perkataanya terhenti.
Sunghyo terperanjat kaget. Bola matanya hampir keluar. Donghae mendadak membalikkan tubuhnya dan menarik sung hyo dalam pelukan. Sekarang wajahnya tepat didepan dada bidang Donghae. Ia dapat merasakan detak jantung pria itu. *author mau dong di peluk~ pletak*
“apa yang kau lakukan..lep...” sunghyo meronta tetapi dekapan donghae semakin erat.
“OPPA.. Lepaskan aku.!!” Jantung sunghyo mulai berdetak kencang. Ia merasakan wajahnya panas.
“kenapa kau begitu berisik hah.”
Donghae melepaskan pelukannya dan kembali membalikkan tubuh lalu tertidur lagi. *kebo nih si ikan* plak(dicium donghae)
SungHyo mengatur nafasnya. Jantungnya masih berdetak sangat kencang, dan wajahnya panas. Saat ini wajahnya pasti sangat merah. Menyebalkan.
Ia lalu menyibak selimut yang menutupi tubuh donghae dengan kasar. Dan ..
“OPPPAAAA... MANA PAKAIANMU..”
Sunghyo menutup matanya dengan kedua tangan.
“kau benar-benar berisik. Kenapa pagi-pagi pikiranmu sudah kotor..”
“apa kau bilang? Kotor..??”
“lihat.lihat.. aku masih mengenakan celana.”
Sunghyo mengintip dari sela-sela jarinya. Ia kemudian menurunkan tangannya dan membuka matanya setelah memastikan orang itu tidak dalam kondisi naked.Gadis itu kemudian menyipitkan kedua matanya dan memandang lurus ke arah donghae.
“kenapa?” tanya donghae dengan tampang tidak berdosa.
“Hah.. sudahlah! Sarapan sudah siap.. turunlah ibu dan ayah menunggumu..!!” ucapnya dengan ketus dan kemudian berjalan pergi.
Donghae memandang punggung gadis itu dengan mata yang disipitkan. Kemudian ia tersenyum jahil. sejak kapan gadis kecil itu menjadi seorang wanita? Tubuhnya mengalami banyak perubahan.
“lee donghae, kau pasti sudah gila..”
--
Sial. Bocah itu benar-benar.Sunghyo menendang Pintu kamar donghae setelah keluar dari kamarnya dengan geram. Jantungnya masih terasa berdebar. apa maksudnya perlakuan orang itu? Memeluk seenaknya?
Dan kenapa ia harus tidur tanpa pakaian? Sial.
Pagi ini ia benar-benar hampir terkena serangan jantung karena orang itu. Kalau bukan karena ibu menyuruhnya, ia tidak mau membangunkan orang itu!
Sunghyo menuruni anak tangga dan masih tetap mengoceh kesal. Bahkan sampai ia duduk di meja makan, ia tidak berhenti mendesah kesal.
“Donghae.. kau sudah bangun. Ayo duduk..” ucap ibunya tiba-tiba
Donghae mengambil tempat duduk tepat didepan SungHyo.
“ayo.. makanlah yang banyak. Kita jarang sarapan bersama-sama.” Ucap ibunya lagi.
Donghae mengambil mangkuk nasi itu tanpa ekspresi apapun.
Cih. Setidaknya dia bisa mengucapkan “terimakasih umma”
Batin sunghyo.
Sung hyo memandang Donghae yang sedang asik menikmati makanannya. Sepertinya dia sangat lapar. Tapi tiba-tiba donghae mengangkat kepalanya. Dan trengg (lagi-lagi suara ituhh... ._.)
Mata mereka bertemu. Sunghyo merasakan jantungnya kembal berdetak. Ada apa dengan dirinya?
Namun tanpa ekpresi donghae kemudian melanjutkan kegiatan makannya. (die laperr)
“oh ya.. bagaimana kuliahmu donghae?” ayah membuka suaranya.
“biasa saja.” Sahut donghae acuh.
“sampai kapan kau akan seperti ini. tidak jelas seperti berandalan.. kau harus ingat kau adalah pewaris perusahaan..” belum sempat menyelesaikan perkataannya, donghae menyela.
“aku selesai makan. Aku pergi.”
Donghae kemudian langsung bangkit dan berjalan menuju pintu keluar.
Sunghyo melirik ayahnya yang menghela nafas berat. Pasti berat untuknya. Ayah selalu berusaha menahan emosi karena perlakuan donghae. Meskipun tidak pernah mengatakannya, tapi sung hyo tahu ayahnya sangat mengkhawatirkan Donghae.
Ya. Kami semua mengkhawatirkannya.
“Aku harus bicara padanya” gumam sunghyo,
“umma.. appa.. aku berangkat sekolah dulu.” Sung hyo lalu berjalan cepat setelah mengenakkan tas dan sepatu. Sunghyo berharap donghae belum pergi.
Dan syukurlah Donghae masih berada dimobilnya sambil terdiam. sunghyo lalu menghampiri donghae. Kemudian mengetuk kaca mobilnya.
Donghae menurunkan kaca mobilnya tanpa memandang kearah Sunghyo. Tatapannya masih mengarah ke depan.
“Oppa.. kau seharusnya tidak pergi begitu saja.”
“apa urusanmu? Tidak usah mencampuri urusanku.. !”
“oppa.. kau tidak bisa seperti itu. Ayah, ibu.. kami mengkhawatirkanmu. Terutama ay..”
Kali ini donghae menlohkan kepalanya dan memadang sunghyo dengan datar. “tutup mulutmu. Jangan campuri urusanku.. kau bukan siapa-siapaku. Dan berhenti memanggilku oppa.”
Sunghyo langsung terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka karena perkataannya disela. Matanya menatap lurus ke arah Donghae dengan penuh tanya.
“he..hey.. kenapa kau bicara seperti itu.?” Ucap sunghyo. Ia berusah mengulas senyum diwajahnya. Ia berharap senyumannya terlihat biasa.
Wajah donghae kembali menampakkan ekspresi dinginnya. “jangan menganggu ataupun mencampuri urusanku lagi. kalau kau berani melakukannya kau akan menyesal seumur hidup!” kecamnya.
Ia kemudian menurunkan kaca mobilnya lalu melesat pergi.
Sung Hyo hanya terdiam mematung di tempatnya berdiri. Pikirannya mulai menjalar kemana-mana. Tidak. Ia harus tetap percaya pada pemikirannya. Donghae bukanlah orang seperti itu. Ia tahu donghae orang yang baik.
Ia hanya ...kesepian.
---
Sung Hyo memandangi langit dari balik jendela kelasnya. Saat
ini sedang jam istirahat. Ia sedang tidak nafsu makan, tidak biasanya. Karena apapun
yang terjadi SungHyo tidak pernah kehilangan nafsu makannya.Tapi hanya karena memikirkan kakaknya Donghae, melirik makananpun ia tidak berselera.
“SungHyo.. tidak biasaya kau melewatkan makan siang.” Ujar Ji yeon yang tiba-tiba duduk didepanku dan membuat lamunanku buyar. Aku tersenyum acuh tak acuh.
“tidak lapar.” Jawabku pendek.
Ji yeon mengangkat sebelah alisnya. Seakan tidak percaya dengan perkataanku. “ha? Kau tidak nafsu makan.?”
Aku mengangguk.
“aneh. Kenapa? apa terjadi sesuatu padamu?” tanya Jiyeon. Ia mengenal Ji yeon sudah lama. Kalau sesuatu membuatnya kehilangan nafsu makan pasti merupakan hal besar. Karena sunghyo adalah tukang makan, dan makanan baginya sangat penting.
Sunghyo terdiam nampak berpikir. Tidak, ia tidak boleh menceritakan hal ini pada siapapun.
“hah? Tidak.. aku baik-baik saja.”
Jiyeon mengerutkan dahinya dan menatap Sunghyo dengan ragu. “kau bohong? “
sunghyo tersenyum lebar. “aish.. aku tidak apa-apa. Sekali-kali tidak apa-apa kan kalau aku tidak ingin makan. Lihat pipiku ini sudah mulai chubby”
Ya. Sunghyo harap dia memang baik-baik saja.
---
Donghae terdiam sambil menatap langit biru. Cuaca hari ini begitu cerah. Ia duduk seorang diri di salah satu bangku taman yang tidak terlalu ramain.
Keadaan hening. Hanya terdengar suara kicauan burung dan suara desikkan daun dan ranting pohon yang terhembus angin.
Tiba-tiba sebuah kenangan masa lalu merasuki kepalanya. Ingatannya membawanya pergi menuju 10 tahun yang lalu.
Tahun dimana ibunya pergi dan meninggalkan dia didunia ini sendirian. Penderitaan yang dialami ibunya dulu masih jelas tersimpan dan setiap kali ia mengingatnya hatinya begitu sakit. Waktu itu ia hanyalah anak kecil berumur 11 tahun yang tidak bisa melakukan apapun selain menjaga ibunya yang kesakitan.
Kalau ia mengingat semua itu emosinya meluap dan amarahnya kembali mencuat. Terutama pada seseorang yang selama ini dipanggilnya ayah.
Setiap kali memandang wajah orang itu. Ia selalu mengingat wajah ibunya yang lemah menahan sakit. Makannya donghae jarang berada dirumah dan lebih memilih berkeliaran dimana-mana.
Dan hal yang membuatnya semakin malas untuk pulang, adalah kehadiran wanita miskin itu dirumahnya dan bocah itu.
Ya terutama bocah itu. Setiap kali melihatnya, hati Donghae selalu merasakan sesuatu hal yang aneh dan itu membuat donghae sangat tidak nyaman.
----
(yeah long time gak ngetik fanfition. Hoho. Mumpung liburan jadi sebisa mungkin ngasah kempauan supaya bisa lebih baik lagi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar