Sabtu, 07 Juni 2014

Yang hilang...biarlah hilang

Yang lalu biarlah lalu, yang hilang biarlah hilang, dan yang pergi biarlah pergi.

Pernah merasa kehilangan? Mungkin semua orang pernah merasa kehilangan, baik kehilangan barang, sesuatu hal atau seseorang yang paling berarti dalam hidupnya.  Mungkin yang terberat bagi seorang manusia adalah kehilangan seseorang dalam hidupnya. Ditinggal pacar, ditinggal keluarga, ditinggal sahabat dekat.  

Dan ‘kehilangan’ pasti merujuk pada kesedihan. Dari kesedihan kecil, sampai kesedihan yang sangat sangat dalam.

Kehilangan itu bagian dari pembelajaran. Pembelajaran bagaimana kita harus menjaga dan mempertahankan. Bukan ketika hilang kita justru baru menyadari kalau yang hilang adalah yang paling berarti. Meskipun terkadang, ketika  Kita telah berusaha menjaga, menghargai dan mempertahankan, nyatanya, apa yang kita jaga tetap menghilang.

Apa yang salah?

Tidak ada yang salah. Disaat kita telah susah payah menjaga yang harus kita jaga, tapi nyatanya tetap hilang. Ini yang namanya takdir. Maka saat itulah kita harus  melepaskan.

Sedih dengan semua kehilangan adalah kewajaran, tapi sedih tentu takan mengembalikan sesuatu yang memang ditakdirkan untuk hilang.

Kita tidak bisa memaksa sesuatu yang sudah tidak ada, untuk kembali ada jika memang bukan takdirnya.
Sesuatu yang menjadi milikmu, akan tetap menjadi milikmu. Entah bagaimana jalan yang harus ditempuh, atau berapa lama waktu yang harus dilalui. Semua akan kembali padamu, APABILA HAL ITU MEMANG UNTUKMU.

Jadi ayo, angkat kepalamu dan tersenyum.
Yang hilang, biarlah hilang. Jaga apa yang masih tinggal dan tetap berada ditempatnya.  
Yang pergi, biarlah pergi. Kita tidak perlu mengejar dan memaksanya kembali. Biarkan ia berada pada jalannya. Dan kita pun bisa memilih jalan lain bersama ‘mereka’ yang tetap tinggal. Mungkin jalan berbeda yang kita pilih, justru jalan yang membawa kita pada tujuan yang sesungguhnya.

Soal bahagia... Bahagia itu kita yang buat, bukan orang lain. Orang lain hanya sebagai pelengkap dari kebahagian.

Jika diri sendiri tidak mau mencoba bahagia, seribu orang yang datang pada kita dengan membawa kebahagiaan takkan bisa mengubahmu.

Maka kehilangan, Tidak mengharuskan kita untuk tidak bahagia. Kehilangan adalah sebuah jalan bagi kita untuk menemukan sesuatu yang lebih baik dan lebih bahagia.





By : RU 

Kepercayaan




Jika di analogikan, kepercayaan itu ibarat sebuah gelas kaca untuk saya.
Kalau ia jatuh dan pecah, akan sulit untuk diperbaiki. meskipun dia tidak pecah, pasti ada retak disana.

Begitulah suatu 'kepercayaan'. ketika kita dengan sangat penuh memberikan rasa 'percaya' pada suatu hal, Tapi kemudian kepercayaan itu dirusak, maka sulit bagi kita untuk kembali mempercayainya lagi. Karena yang sudah rusak, tidak mudah kembali menjadi sempurna. 

Saya pernah beberapa kali merasakan bagaimana pahitnya ketika rasa percaya yang kita berikan dengan yakin, tapi kemudian dihancurkan tanpa ampun. hanya satu kata. Kecewa. 

Kecewa itu satu perasaan yang sangat saya takuti dan paling saya benci. Apalagi kecewa sama seseorang yang kita yakini dan kita percaya tidak akan melakukan sesuatu yang akan menyakitkan. Rasanya susah diungkapkan dengan kata-kata. silakan panggil saya manusia lebay, tapi begitulah keadaannya.

Maka saya ber- prinsip:
"Jangan pernah sekali-kali berucap janji ketika kamu dalam keadaan bahagia sementara kamu tidak tahu, bisakah kamu menjaganya?:) karena ketika nyatanya tidak sebanding, rasanya akan sulit untuk kembali dipercayai ketika kamu berjanji lagi, bahkan ketika saat itu kamu benar-benar serius."

Jadi tanpa janji, dan tanpa meninggalkan harapan. Hanya bawalah bukti. Karena satu bentuk real, akan mengalahkan seluruh kata-kata manis yang menguntai janji!

Sekalipun kamu berjanji, jaga dan bertanggung jawab atas ucapan. Jangan menelan ludah sendiri. Dalam Islam pun janji adalah hutang,dan hutang dibawa mati.  Maka dosa, ketika janji tapi dilanggar.

so, masih mau janji-janji seenaknya tanpa memikirkan apapun yang terjadi didepan?

-FIN-

By : RU










Down? No more

Menjadi dewasa bukan pilihan, tapi sesuatu yang mau gak mau harus kita dapetin. Karena dengan begitu, kita bisa hidup.
Proses kedewasaan gak pernah manis dan mudah dilalui. Bahkan kadang nyakitin, kadang bikin air mata tumpah, kadang buat kita terjatuh.

"aku terjatuh tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan luka dalam, aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, aku tanpamu butiran debu,. "

Pernah denger  lagu itu?

Sebenernya itu lagu buat orang yg over broken heart, dengan lirik  yang kayaknya kalo nyanyi itu tuh rasanya miris banget. hihi. mencerminkan seseorang yang sangat 'desperate' sama hidupnya, seakan-akan gak ada keindahan lagi dihidupnya-__-

Semua orang pasti pernah ngerasain DowN. Tapi ada beberapa yang lupa kapan ia harus bangun. Mereka jatuh sampe kebablasan dan berlarut-larut sampe akhirnya stuck aja disitu. :D apa yang diharapkan sih?
Tangan yang membantu kita untuk berdiri? atau berharap belas kasihan ?

Kalau sampe mati-pun gak ada yang bantu kita bangun, apa kita akan tetap  diam disana?

Ketika orang-orang yang mampu bangun dari 'jatuh-nya' telah berhasil menjadi 'seseorang', kamu masih stuck dengan keadaan yang sama? terbelakang dan tertinggal?

Kita lupa, kalau Tuhan itu nyiptain kita di dunia ini bukan cuma buat dapat 'kesenangan' aja. Tapi ada fase dimana kita akan dapat 'kesusahan'. Kalau manusia hanya diciptakan untuk mendapatkan kesenangan semata, maka dunia ini akan dipenuhi manusia-manusia egois, angkuh, dan gak pernah tahu rasa bersyukur.

Jadi apakah harus berlarut-larut dalam kesedihan dan down yang gak ada ujungnya? jawabannya udah pasti ENGGAK.

Ada waktu dimana kita boleh sedih, tapi kita harus ingat kapan kita harus sadar dan moving out !
Kalau kita gak pernah ngerasain susah. kita gak akan belajar dan kita gak akan tahu. Karena susah akan menjadi pengalaman.

Ingat kata-kata orang dulu 'PENGALAMAN ADALAH GURU TERBAIK'

dari sanalah kita belajar, dari sana kita tahu bagaimana rasa bersyukur itu, bagaimana cara menghargai dan  dari sanalah kita lebih mendewasakan diri, bukan dilihat dari umur, tapi dilihat dari mental.

Ibarat sebuah pedang, semakin dipanaskan dan ditempa berkali-kali, ia justru akan menjadi sebuah pedang yang sangat tajam.

Semakin metal kita diuji, semakin kuat dan matang diri kita untuk menghadap dunia yang sesungguhnya.

Dunia itu kejam. Hanya orang-orang yang mampu bangun dari jatuhnya yang bisa menjadi 'seseorang' yang berguna, baik baginya ataupun orang lain.

so.. you still feelin down? just said, no more! let's movin, and get your better life.

Jangan menunggu seseorang yang datang untuk merangkulmu. Berdiri dan bangun. Gunakan kedua kakimu sendiri. Kalau-pun sesaat kamu akan jatuh lagi, tetap mencoba untuk berdiri tegak.

Karena bahkan orang-orang hebat disana yang memiliki keterbatasan mampu merubah dunianya, mampu membuktikan dirinya, meskipun jatuh berkali-kali. Tapi mereka mau mencoba dan tetap meneggakkan kepalanya serta mata yang tetap fokus ke depan.

so.. kuncinya. mau mencoba dan tetap semangat .Kalau bukan dimulai dari diri sendiri, lalu sampai kapan kalian akan diam?  just say no to down!

Ini bukan sebuah curahan panjang omong kosong saya sebagai penulis. Terus terang, saya pun, sering sekali terjatuh dan merasakan kesedihan. Tapi, dengan menulis ini, saya-pun menyemangati diri saya sendiri. karena setiap kali saya merasa 'DowN', saya akan membiarkan perasaan saya beberapa saat ber-gloomy time, tapi akan men-setting waktu untuk  kembali ingat, Bahwa saya harus bangun dan saya harus menghadapi dan menjalankan hidup dengan lebih kuat.

ini semua hanya proses belajar. Pembelajaran akan menciptakan kita menjadi manusia yang lebih bersahaja.



-FIN-

by :RU