Minggu, 01 Juli 2012

CINTA ITU SAKIT


Cinta itu sakit. 


Cinta itu indah? Benarkah?

===
Aku memandang wajahnya dari kejauhan. Pria itu sedang asik bercengkrama bersama teman-temannya. Terkadang ia tertawa dengan lepas. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena jarak kami lumayan jauh.
Hatiku berdebar-debar setiap kali  memandanginya. Bibirku bahkan tidak henti-hentinya mengulas senyum tiap kali aku melihatnya tertawa. Seakan ikut terlarut dalam tawanya. Aku juga ikut merasakan perasaan bahagianya.
Entah mengapa mataku ini tidak pernah jenuh memandangi sosok sempurnanya, bagiku tentu saja. Mungkin dia bukanlah seorang prince charming. Dia juga bukan anak-anak basket dan populer layaknya idaman para wanita.
tapi dia adalah seseorang yang telah berhasil membawaku hatiku pergi. Dia membawa pergi perasaan seorang Za sejak pertama kali kami bertemu.
Masih jelas teringat dalam benakku waktu dimana aku bertemu dengannya. Waktu itu kami baru masuk SMA, dan masih menjalani masa Orientasi.
Kebetulan aku dikerjai oleh salah satu senior yang amat menjengkelkan. Ia menyuruhku menyanyikan lagu cinta didepan seorang cowok. Tentu saja aku menolaknya mentah-mentah. Bagiku hal tersebut tidak memiliki kegunaan apapun. Semua itu hanyalah untuk menghibur senior-senior itu.
Aku masih keras menolaknya.
“oke. Kalau kamu enggak mau nyari cowoknya, biar saya yang nentuin. Kalau kamu masih nolak kamu akan dapat hukuman lebih berat.” Ujar sang senior.
Aku meruntuk dalam hati. Cih,  memanfaatkan senioritas untuk kepentingan dirinya sendiri. Benar-benar.
Tidak begitu lama si senior datang membawa seseorang. “ini dia. Masih inget kan perintah saya apa. Sekarang kamu nyanyiin lagu didepannya, dengan penuh perasaan. Oke” perintahnya.
Aku menelan ludah. Aku menundukkan kepala dan memainkan kuku jariku. Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kunyanyika? Oh tuhan ini memalukan.
“heh. Ayo buruan nyanyi!!” desak si senior 
Rasanya ingin kulempar si senior dari atas gedung sekolah!! aku menarik nafas dan menghembuskannya lagi. oke aku cukup bernyanyi. baiklah akan kucoba.
Kemudian aku mengangkat kepalaku dan membuka mulut hendak menyanyi. Tapi tiba-tiba cowok  itu berlutut dan meraih tanganku.
Aku tersentak. Aku mengerjapkan kedua mataku. Apa-apaan ini?
Dia kemudian mulai menyanyikan sebuah lagu dengan bahasa inggris. Aku tidak tahu apa judulnya tapi aku merasa familiar dengan nadanya. Yang jelas lagu itu adalah lagu cinta. Hey. kenapa jadi dia yang menyanyi? Bukankah aku yang sehrusnya menyanyi?

Mataku ku masih menyiratkan kekagetan dan penuh tanya. Orang-orang disekitar kami mulai datang mengerubungi. Mereka bersorak-sorak dengan nada menggoda.
Wajahku terasa panas. Saat ini wajahku pasti memerah. Aku melirik senior yang tadi memerintahku. Ia hanya tertawa geli melihat aksi tersebut.

Tidak berapa lama nyanyiannya selesai. Ia lalu mengangkat tubuhnya. tangannya masih erat menggenggamku. Bak seorng artis pentas, ia menundukkan setengah tubuhnya dan berterima kasi kepada pera penonton. Oh tuhan orang ini pasti gila! Pikirku.

Para penonton pun bertepuk tangan dan  berangsur pergi.

“eh ya. Kamu yang namanya Za. Kamu masih punya hutang oke! karena bukan kamu tadi yang nyanyi.” Ujar si senior dengan angkuhnya sebelum ia beranjak pergi.

Aku melepaskan genggaman tangannya. Aku merasa jantungku berdetak sangat cepat. Sejak tadi aku menahan nafas melihat aksinya yang tiba-tiba itu.
Dia kemudian melempar senyumannya padaku. Sejenak aku merasa terbuai pada senyumnya. Senyumnya begitu manis dan ramah. Oh no.! apa yang kau pikirkan Za!

“maksud lo apa tadi ngelakuin itu?” tanyaku langsung. Aku merasa nada bicaraku lumayan ketus saat itu.

Tapi Dia kembali tersenyum. oh demi tuhan jangan tersenyum!

“Karena lo keliatannya malu dan gak mau nyanyi.. jadi ya daripada gue lama nungguin lo mending gue aja kan yang nyanyi,” sahutnya santai. kemudian ia berbalik melangkah pergi. Eh, begitu saja?

“ZA.. nama gue Za” sontak aku langsung melontarkan kata-kata itu. sungguh!

Ia kemudian membalikkan tubuhnya dan tersenyum lagi. “Andi..” 
Namanya Andi.  Aku memadangi punggungnya yang berjalan semakin menjauh. Seulas senyum pun tersungging diwajahku. Aku merasakan sebuah getaran menyerang hatiku. aneh.

==

Sejak hari itu kami tidak pernah bicara lagi. kadang kami bertemu, namun kami tidak saling bertegur sapa. Tapi ia selalu melemparkan senyumannya. Ya, senyumannya yang membuatku terpesona.

Entah sejak kapan aku mulai menaruh hati padanya. Tapi wajahnya dan nyanyiannya waktu itu selalu menari-nari dikepalaku dan selalu membuatku senyum-senyum sendiri. Mungkin aku gila. Ya gila karenanya.

Aku hanya berani menyimpan perasaanku ini seorang diri. Aku tak berani untuk mengutarakan semuanya pada Andi tentang perasaan yang kupendam selama ini untuknya.

Aku malu dan aku takut jika hal tersebut kulakukan lalu mendapat penolakan. Rasanya aku belum siap menerima hal itu terjadi padaku. Aku belum siap menerima rasa sakit.

Aku hanya bisa berharap Andi akan datang padaku dan bertanggung jawab atas perilakunya karena dengan seenaknya mencuri hati ini. 

Ya ku akui. Andi adalah orang pertama yang membuatku merasakan apa cinta itu. Aku merasa senang  tiap kali memandang wajahnya, berdebar setiap kali berada didekatnya, dan merasa rindu saat aku tidak bisa melihatnya. Dan juga cemburu melihatnya dekat dengan orang lain.
Andi adalah orang pertama yang membuatku merasakan semua hal itu. Dialah cinta pertamaku.

===

Bel  tanda akhir sekolahpun berdering. Semua anak bersorak girang.
Aku berjalan keluar kelas dan menyusuri lorong sekolah dengan langkah tergesa-gesa. Hari ini aku harus membantu mama untuk membeli makanan kecil karena mama akan mengadakan arisan dirumah.

Namun langkahku terhenti tepat didepan perpustakaan ketika mataku tanpa sengaja mendapati seseorang yang kukenal sedang berdiri dibawah pohon tidak jauh dari tempatku berdiri. Ya andi. Dia tidak sendiri disana. Ia bersama seseorang. Seorang wanita. Aku merasakan jantungku berdetak sangat kencang.
Sedang apa mereka disana?

Aku memandangi mereka dari kejauhan. Tanpa sadar tanganku menggenggam tali tas yang kupakai dengan kuat.
Andi meraih tangan wanita itu dan mengenggamnya dengan erat. Senyuman khas miliknya terulas diwajah. Senyuman yang sama yang selalu ia lontarkan untukku.

Tapi ada satu hal yang berbeda. Tatapan matanya. Sorot matanya menyiratkan sesuatu yang berbeda ketika memandang gadis itu. Sorot mata yang penuh cinta.

Hatiku bagaikan terhantam batu besar. Pilu dan sangat menyakitkan.

Aku ingin pergi dari tempat ini dan berhenti memandangi mereka. Tapi sepertinya kaki ini enggan untuk beranjak seperti sesuatu menahanku.

Andi kemudian berlutut dihadapan wanita itu. Wanita  itu membalasnya dengan senyuman. Apakah ia sedang menyatakan cintanya?  Nafasku tercekat.

aku melihat wanita itu menganggukan kepalanya pelan dan tersenyum lebar . kemudian Andi menariknya dalam pelukkan. wajah Andi terlihat sangat bahagia.

Prangg. Hatikupun hancur berkeping-keping.
Rasanya bagaikan didorong masuk ke dalam jurang. aku merasakan takut dan debaran didada ini semakin memburu membuatku sulit bernafas.

Kepercayaanku  sirna, sekarang semua hanya akan menjadi harapan semu yang tidak jelas kepastiannya.
Rasanya aku ingin berlari menghampiri mereka dan berteriak didepan wajah Andi.

Tidakkah kamu melihatku? Aku yang selalu memandangimu dari jauh, aku yang selalu memikirkanmu, aku yang terpikat oleh senyuman dan aku yang selalu mencintamu.! aku gila. ya aku gila. Kau yang membuatku gila. Tidak bisakah kau melihatku ? merasakan betapa hati ini begitu sakit karena menyimpan perasaan ini sejak lama. Tidak bisakah kau melihatku?!!

Ya semua hanyalah khayalan bodoh yang tak akan pernah bisa kulakukan.
Apakah ini yang namanya cinta ?

Setetes airmata pun menyeruak membasahi pipi.

Inikah akhirnya? akhir dari kisah cinta yang kutujukan untuk Andi.

----

Kata orang semakin kau berharap pada cinta, maka akan semakin dalam kau merasa sakit.

Aku rasa pernyataan itu benar.

Karena semakin aku berharap pada cinta Andi semakin sakit kurasakan hati ini. semua hanyalah menjadi keinginan bodohku semata yang semakin jauh untuk menjadi nyata.

Aku mungkin akan menyesal karena tidak mengutarakan semua ini padanya. Namun, biarlah rasa cinta ini kupendam sendiri hingga tiba saatnya aku berhenti mencintainya.

Cinta memang tidak selalu memiliki. Aku mungkin tidak bisa memiliki raga dan hatinya. Namun aku memiliki cinta yang begitu tulus untuknya.

Bahagia deminya adalah penghiburan bagi diriku. Menerima kenyataan bahwa Andi bukanlah takdirku. Aku bersyukur pernah mengenal dan mencintainya. Andi mengajarkan cinta padaku.
Dia akan selalu menjadi cinta pertamaku.

Cinta memang indah. Ya benar. Namun cinta juga menyakitkan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar