Selasa, 23 Oktober 2012

Langkah

Aku memang  sering terjatuh.
Namun kaki ini masih bisa berdiri.
Meskipun perlahan
Meskipun sedikit gontai
Tapi aku yakin kaki ini kuat untuk tetap melangkah,
Melangkah menuju terang dan
Keluar dari gelap yang mulai mencekam.

Padanya aku bersimpuh
Meskipun bisikan bisikan itu mulai menggoyahkan
Namun keyakinan teguh membuatku tetap berada dalam jalur
Membuatku tetap bertahan

Sabtu, 20 Oktober 2012

Jadilah seorang wanita!

Wanita tidak lagi hanya menggunakan perasaannya untuk hidup. Dia hidup dengan logika dan perasaannya.

Aku? Aku hidup dengan logika dan menyampingkan perasaan. Kenapa? Terlalu berperasaan, terlalu sakit, dan gampang di permainkan.
Benarkan?

Jadilah bijak.

Jangan menjadi seorang perempuan yang begitu lemah, tapi jadilah wanita lembut. Jangan jadi perempuan cengeng yang hanya bisa mengeluh dan menangis. Jadilah wanita kuat yang tetap elegan meskipun hatinya sedang rapuh. Itu bukan munafik, tapi penyembuhan.

Tidakkah kalian perempuan muak harus menangisi segala hal secara berlebihan? Kalian tidak muak harus terlihat menyedihkan di depan seseorang yang telah menyakiti kalian?

Harusnya kalian besyukur, tuhan telah menunjukan, bahwa mereka memang bukan yang terbaik untuk kalian.

Dewasalah. Dan jangan memandang segala hal dengan perasaan. Jadilah wanita dewasa yang bisa berdiri diatas kakinya sendiri meskipun sakit di hati mencoba merapuhkan kalian

Sabtu, 13 Oktober 2012

dia sahabatku.. entah apakah ia menganggapnya atau tidak. tapi, aku selalu menganggapnya begitu. 

Ia pergi karenaku. mungkin. meskipun begitu aku selalu berharap dia bisa kembali.. seperti dulu... aku merindukannya. sangat. 
tapi, keinginan begitu jauh dari kenyataan. tidak bisa melakukan apapun. selain duduk dan melihat. merasa dan tenggelam sendiri dalam kalut yang menyedihkan. 


I Love Raining

Jika hujan turun maka senyuman selalu tersembul diwajah. meskipun hujan menimbulkan banyak masalah.. tapi hujan selalu menenangkan. 

Menenangkan untukku. menghirup wangi tanah ketika pertama kali hujan membasahi.. atau menghirup dinginnya wangi hujan yang semerbak ..menimbulkan euforia tersendiri untukku. 

Hujan identik dengan sedih.. namun bagiku hujan merupakan bahagia.
Bermain hujan seperti anak kecil.. belari menerobos derasnya hujan yang jatuh.. menyenangkan. membuat rindu masa kecil. 

Hujan... sekian banyak hal yang begitu memikat bagiku. langit abu.. rintik gerimis.. dan gemuruh hujan deras.. meneduhkan.. menyejukkan.. 

I love rain 


Sabtu, 22 September 2012

Sabtu, 25 Agustus 2012

Dirimu dan Dirinya.

Dirimu dan Dirinya.





"maafkan aku. aku tidak bermaksud menduakanmu va!"

"Omong kosong! kau pikir aku akan percaya setelah apa yang kau lakukan padaku? aku bodoh karena termakan omongan busukmu itu!"

pria itu menatapnya dengan rasa bersalah. ia lalu menarik tangan Reva dan menggenggamnya dengan erat. menyatakan bahwa dia sangat menyesal.

namun dengan kasar Reva menepis tangan itu. Amarahnya memuncak dan emosinya tidak terkendali lagi .

"Va. aku mohon. aku menyesal." Pria itu berkata dengan suara bergetar dan matanya berkaca-kaca. Reva hampir melemah namun amarahnya lebih besar saat ini.

"Jangan bicara lagi! kau membuatku muak! cukup sampai disini. seharusnya dari awal aku percaya pada omongan Dinar ketimbang mempercayaimu."

"Va,., aku menyayangimu sungguh. tidak ada orang lain dihatiku selain kamu.."

"sudah cukup kubilang! kita selesai.. jangan pernah muncul dihadapanku lagi."

Reva melangkahkan kakinya dengan lebar dan amarah yang masih menyelimuti hatinya. ia berusaha menahan air matanya yang sejak tadi mendesak untuk keluar. ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan pria brengsek itu.!

Kalau saja tadi ia tidak mengikuti kemana pria brengsek itu pergi, ia tidak akan pernah tahu kebohongan busuknya. Dengan kedua matanya sendiri ia melihat pria yang selama ini ia cintai bersama seseorang yang juga telah dianggapnya sebagai orang yang penting dengan mesranya melakukan sesuatu yang membuatnya ingin muntah. 

hatinya begitu hancur dan membuatnya sangat marah.


*****

Jumat, 24 Agustus 2012

Dunia masih Tetap Indah :)


Kalian tahu apa yang paling membuang waktu? menangisi dan merasa sakit karena seseorang yang bahkan tidak tahu dan tidak mau tahu bagaimana sakitnya kamu.

Aku belajar untuk tersenyum diatas pilu yang kurasakan. Aku diam. karena hanya itulah dapat kulakukan.

Kau tidak tahu, dan tidak akan pernah tahu bagaimana perasaanku yang sebenarnya. mungkin selamanya ini kusimpan sendiri. sampai segalanya terkubur dan hilang dari ingatan..

Tenang saja, aku sekarang mengerti kok bagaimana harus menyikapi diri dan tidak membuang waktu untuk merasa sakit.
kau pun tak perlu khawatir, aku bisa berdiri sendiri diatas kakiku tanpa uluran tanganmu.

Pada waktunya aku akan tersenyum padamu dan mengucapkan terima kasih.

ya.. karena sakit yang kau beri membuatku sadar bahwa kau memang bukanlah yang terbaik..
Dan karena sakit yang kau berikan.. aku semakin tahu mana nyata dan semu.

Dan kau.. hanyalah semu yang seolah menjadi nyata, kemudian menyakiti, dan kemudian menghilang lagi.

Kau hanyalah gelap yang akan kukubur dengan terang.. dan terang membuatku mampu melihat dengan jelas.. bahwa dunia masih tetap indah..








Menyampaikan Rasa melalui Bait kata




Tulisan selalu punya makna dibalik kata demi kata yang tersusun menjadi sebuah kalimat.
Ketika lisan tidak bisa berucap, tulisan bisa menyampaikannya.
Tulisan bisa mengungkapkan sejuta perasaan yang sulit dikatakan. Cinta, sedih, marah, atau senang.
Begitulah cara bagaimana aku menyampaikan segala perasaan, unek-unek, kekesalan, sedih, dan semuanya.

kalian juga bisa melakukannya.
ambilah pena dan secarik kertas.. mulailah  bermain bersama pena tersebut. tapi.. mungkin sekarang zaman agak berbeda..
bukan lagi pena dan secarik kertas yang kita ambil.
tapi nyalakan laptop dan mulailah menulis. jari-jari yang menari-nari diatas keyboard..dan walla.. berbaris-baris kalimat yang memiliki arti kini sudah memenuhi lembaran kosong tadi..

ketika keadaan seseorang begitu gundah,, kadang tulisannya bisa sangat puitis. bahkan terkadang yang menulisnya tidak sadar 'sejak kapan ia bisa sepuitis itu?'

ya.. karena perasaan merekalah yang yang membawa mereka mampu menciptakan kata-kata indah tersebut. bahkan tulisan mereka kadang menjadi agak 'Berlebihan' haha

yahh intinya sih..sampaikanlah semua perasaanmu melalui tulisan jika kamu tidak bisa menyampaikannya secara lisan..

setidaknya tulisanmu bisa dibaca oleh 'seseorang' yang ingin kalian sampaikan makna dari tulisan tersebut. secara tidak langsung kalian telah mengungkapkannya. :)

Rabu, 22 Agustus 2012

Pengharapan dan Berharap




"hidup itu berputar. kadang kau diatas, namun kadang kau bisa kapan saja jatuh kebawah"

kau tahu apa yang paling membuatku jatuh?

ketika kau pergi, meninggalkanku, dengan harapan dan pertanyaan

"Bagaimana perasaanmu? apa kau mencintaiku? kau anggap aku apa selama ini? kekasih, teman atau hanya debu yang numpang lewat?" 

kalimat diatas memang benar. kadang, kita harus selalu siap ketika kau jatuh kebawah. 

namun mengapa ketika kau menjatuhkanku, bahkan mencoba siap pun itu sulit? 

kau pergi, kau menghilang... semudah itu? 

kau menanamkan sebuah pengharapan tepat di hati dan kepalaku.

kau terus dan terus menyiramnya dengan perhatian, kasih yang kau berikan.. serta kata-kata manismu yang membuat 'harapan' itu semakin kuat mengakar..

hingga kini ia tumbuh.. tumbuh.. dan tumbuh.. menjadi lebih besar dan menjadi kuat. 

menjadi berduri dan mulai menyakiti.... 



ini adalah kisah dari seorang pengharap yang hanya bisa berharap.


PS : just iseng, ini bukan kegalauan sang penulis. hanya imajinasi yang bermain disini hahaha 




~Seandainya~

seandainya kau adalah milikku...
seandainya kau mau melihatku...
seandainya kau tahu bahwa aku selalu memperhatikanmu..
seandainya kau tahu hati ini tergores begitu banyak karenamu..
seandainya kau tahu.. aku mencintaimu lebih dari dia yang selalu menyakitimu..

seandainya seandainya..

mengapa begitu banyak kata 'seandainya' dalam setiap doaku untukmu?

karena kau hanyalah bayangan yang tidak pernah sejalan denganku..
karena kau hanyalah mimpi indah yang begitu enggan untuk kuraih..
karena kau bagaikan butiran emas di lautan luas yang sulit untuk kutemukan..
kau tidak akan pernah menjadi nyata untukku..

duniamu dan duniaku tidak pernah berada dalam satu jalur..
layaknya api dan air yang tidak pernah bisa menyatu..
dan kau tidak akan pernah menjadi nyata .. karena dialah yang kau cinta.. bukan diriku.

layaknya gelap dan terang..
tidak ada gelap... ketika terang berada disana.

begitulah diriku.. dan aku adalah gelap. 
aku adalah gelap yang berusaha menelusup masuk menuju terangmu dengan dirinya..

maka bisakah kau hapuskan kata 'seandainya' dari setiap ucapku?

ya.. jika tidak. maka tolong biarkan aku tetap berandai.. sekalipun nyata tidak kunjung meraba.










Sekuel "Love Attack Of Ipeh" - ketika handphone kehilangan changer-nya



(yap sekuel. iseng aja mau bikin kelanjutan dari cerita ini. mungkin cerita yang kedua ini lebih panjang dr pada sebelumnya. ini namanya novelet. :)  )


                                                                         =====

Selasa, 14 Agustus 2012

Telat Sahur




-TELAT SAHUR-

Rating : General

Genre : comedy (i hope0

Disclaimer : -

Cast : super junior 

jangan baca tanpa coment plis :) budayakan coment. 


Ketika KyuMin berakhir??

Ketika KyuMin berakhir? 

Rating : General

Genre : pairing KyuMin, NOT YAOI 

Cast : super junior.

Disclaimer : well ini cerita pairing antara Kyuhyun sama Sungmin. jangan berpikir kalau mereka maho yak! gw cuma bikin fiksi disini. 

oh ya.. silent reader tlg hargai author.bagi yang udah lama di dunia perfanfican tau lah apa arti dari silent reader.? mau coment jelek kek apakek serah deh. berhubung gw bikin ni fanfic juga rada-rada gak konsen jadi mohon maaf apabila banyak kata-kata yang gak nyambung dan konfilk yang gak ngena. bikinnya pas abis sahur lagi ngantuk2nya. 
just iseng. 



Minggu, 05 Agustus 2012

KRIK

KRIK bertemu di kelas sebelas ipa satu. awalnya kita gak sedeket ini,dan nama KRIK juga gak sengaja kita pake karena waktu itu kita tuh bener-bener KRIK banget. alias diem2an gitu.

nah oke. selama sama mereka gw bisa tau gimana karakter mereka masing-masing. berikut sedikit ceritanya.
 
http://www.smileycodes.infohttp://www.smileycodes.infohttp://www.smileycodes.infohttp://www.smileycodes.info

Sabtu, 04 Agustus 2012

Rabu, 25 Juli 2012

RAMADHAN tahun ini..

Ramadhan tahun ini, biasa aja nothing special. gw masih single, free and nothing else 
Di rumah juga gak ada yang beda. tetep asik sahur sama buka cuma bertiga barengan kakak dan nyokap. bokap? don't ask me. dia lebih asik di bandung.
yang beda adalah gue sekarang kelas 12. itu aja.
sibuk? udah pasti jangan ditanya.
Gue berharap tahun ini sebenernya ada yang beda dari tahun-tahun sebelumnya, entah kondisi rumah atau apa mungkin..  tapi apalah artinya itu semua.
yang penting diri kita sendiri yang harus berbeda dari tahun kemarin. ya gue berharap ramadhan tahun ini  bisa gue jalanin lebih baik, dan ibadah gue juga lebih baik dan semoga pahala gue juga lebih banyak.
harapan gue.. gue bisa berubah jadi resty yang lebih baik.. dan jadi orang yang lebih sabar, tawakal, dan bersyukur. gue bisa sabar dalam menjalani segala hal. dan belajar dengan baik di kelas  12.


HAPPY FASTING EVERYBODY..http://www.smileycodes.info 

Selasa, 24 Juli 2012

Hari Besar di Jepang :D

ohayou ^^ http://www.smileycodes.info  
kali ini gw mau posting beberapa  hari-hari besar yang ada dijepang. buat kalian yang ngaku Japanlover, tau gak apa aja hari-hari besar yang ada di Jepang? 
nah berikut sedikit ulasannya. 
http://www.smileycodes.info http://www.smileycodes.info 


1) Hari Anak


Hari anak (こどもの日 Kodomo no hi) merupakan hari libur resmi di jepang yang jatuh pada tanggal 5 mei. Hari libur ini merupakan serangkaian hari libur di akhir April dan awal Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas) di Jepang. tujuannya adalah  "menghormati kepribadian anak, merencanakan kebahagiaan anak sambil berterima kasih kepada ibu."
Hari anak-anak pada awalnya disebut Hari Anak laki-laki. sedangkan untuk perempuan perayaannya khususnya di sebut "Hina Matsuri"  
Selama perayaan Hari Anak-anak, di rumah keluarga yang memiliki anak laki-laki terdapat tradisi memajang replika yoroi (pakaian ksatria zaman dulu) dan kabuto (helm samurai). Keluarga yang memiliki anak laki-laki juga memasang koinobori (bendera berbentuk ikan mas). Pada bendera ikan mas yang paling besar digambarkan anak laki-laki super kuat Kintarō sedang menunggang ikan emas. Kabuto, Yoroi, dan tokoh Kintarō digunakan sebagai simbol harapan anak laki-laki yang sehat dan kuat. 

Koinobori 
Kue yang dimakan selama perayaan adalah kue chimaki (bentuknya semacem kayak lepet kalau di indonesia ekeke xD) dan kashiwamochi.



2) Tahun Baru di Jepang 

tahun baru dijepang dirayakan selama 3 hari. yaitu dari tanggal 1 januari sampai 3 januari. pada sebagian orang tahun baru justru belum berakhir sampai tanggal 20 januari .  saat semua hiasan tahun baru sudah harus disimpan. Di daerah Kansai, Hatsuka shōgatsu dikenal sebagai honeshōgatsu (骨正月, tahun baru tulang)karena biasanya pada hari tersebut, ikan masakan tahun baru sudah habis dimakan sampai ke tulang-tulangnya.

3) Hari Kedewasaan 

Hari Kedewasaan (成人の日 Seijin no hi)   hari libur ini dimaksudkan untuk "merayakan generasi muda yang bisa hidup mandiri, dan menyadari telah menjadi dewasa."  Upacara Seijin shiki diadakan pemerintah lokal di kota-kota dan desa-desa untuk meresmikan penduduk yang telah atau segera genap berusia 20 tahun, usia orang telah dianggap dewasa menurut hukum untuk boleh merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengikuti pemilihan umum. kalau di indonesia 17 tahun baru boleh ikut pemilu. 
Upacara Kedewasaan (成人式 Seijin-shiki) biasanya diadakan pada pagi hari di balai kota setempat. Semua orang dewasa muda yang telah berumur atau akan berumur 20 tahun antara tanggal 2 April tahun sebelumnya dan 1 April tahun itu, serta berstatus penduduk diundang untuk menghadiri upacara. Pejabat kota memulai upacara dengan pidato dan hadiah kecil diberikan kepada penduduk dewasa yang baru. Wanita menghadiri upacara dengan mengenakan kimono berlengan lebar yang disebut furisode dan alas kaki yang disebut zōri. Kesukaran dalam mengenakan kimono sendirian tanpa dibantu orang lain menyebabkan para wanita muda memilih untuk mengunjungi salon kecantikan untuk dipakaikan kimono dan dirias. Satu set kimono formal berharga mahal, oleh karena itu sebagian wanita meminjam kimono dari saudara, toko peminjaman baju, atau secara khusus minta kepada orang tua untuk membelikannya. Pria mengenakan kimono formal berwarna gelap dan hakama. Meskipun demikian, pria sering juga mengenakan pakaian formal ala Barat berupa jas lengkap dengan dasinya.Setelah upacara, mereka merayakannya dengan berpesta, terutama minum minuman beralkohol.

4) Hari Ulang Tahun Kaisar 

Hari ulang tahun kaisar dirayakan secara nasional untuk pertama kali pada tahun pertama zaman Meiji (hari 22 bulan 9 tahun 1868 kalender lunisolar) sebagai Tenchōsetsu.  Setelah Perang Dunia II, hariTenchōsetsu diubah namanya sebagai Tennō tanjōbi (Hari Ulang Tahun Kaisar) dan dijadikan hari libur nasional hingga sekarang. Hari Ulang Tahun Permaisuri Kaisar disebut Chikyūsetsu (地久節?) dan tidak pernah dijadikan hari libur nasional. 

5) Minggu Emas (Golden Week) '

Golden Week (ゴールデンウィーク?) atau Minggu Emas adalah periode di akhir bulan April hingga minggu pertama bulan Mei di Jepang yang memiliki serangkaian hari libur resmi. Periode Golden Week bergantung pada tahunnya, tapi dimulai sekitar 29 April dan berakhir sekitar 5 Mei. Liburan dapat menjadi agak panjang bila ditambah dengan hari terjepit dan akhir pekan. 

Golden week merupakan salah satu masa tersibuk bagi jasa transportasi dan pariwisata, bersama-sama dengan liburan musim panas, liburan Obon, dan Tahun Baru. Masa liburan digunakan untuk pulang ke daerah asal atau berwisata ke dalam dan luar negeri. Harga tiket pesawat terbang, paket wisata, dan tarif hotel menjadi lebih tinggi dari biasa. Kereta api dan shinkansen dipenuhi dengan penumpang hingga sebagian harus berdiri, dan jalan bebas hambatan menjadi macet.
Cuaca yang sejuk di sekitar Golden Week dimanfaatkan untuk penyelenggaraan matsuri di berbagai daerah  di jepang. Matsuri adalah istilah untuk perayaan di jepang. 

>>>>><<<<<

oho.. nah segitu dulu yang bisa gw share. selengkapnya nanti kalau ada waktu gw akan ulas beberapa perayaan-perayaan lainnya yang ada di Jepang. :D

sayonarahttp://www.smileycodes.info  

Jumat, 20 Juli 2012

Ice Cream (Moodboaster)



Ice Cream. siapa yang gak suka es krim? berarti orang itu melewatkan salah satu kenikmatan suatu makanan *halah*
ice cream buat gw adalah moodboaster paling mujarab dibandingkan coklat. ya.. coklat juga pembangkit mood sih, tapi gw lebih milih es krim, karena es krim dingin :D 


Kalau lagi sedih kayak gini.. biasanya gw selalu nyari es krim. kalau es krim hari itu juga enggak gw dapetin, ya besoknya dan besoknya gw harus makan es krim! hehe absurd ya :D


Gue pengen banget mencoba segala macam dan jenis es krim yang  ada di dunia. mulai dari yang aneh-aneh kayak es krim di jepang gitu. yang bahannya mengerikan.. . biarpun gw tau tapi gw tetep mau nyoba. 


kalau lagi sedih, sakit hati, galau, dan unmood.. gw bakalan jalan ke mini market cuma buat beli es krim tapi terkadang gue males untuk keluar... makannya tiap gw gitu.. gw selalu merengek minta es krim ke orang-orang *jadi kayak bocah ya* XD ekeke 


any way.. gambar diatas bikin gw ngiler http://www.smileycodes.info  


maygat.. i need ice cream now! 


ini gw lagi sedih... butuhhhh es kriiimmmmm ! http://www.smileycodes.info  



=FIN=

Kamis, 19 Juli 2012

Fotografi :D




































keren-keren ya. :D pengen bisa menghasilkan foto-foto kayak diatas. :)

Fotografi :D

Kayaknya gue kecipratan kakak gw yang hobi foto. sekarang gw jadi suka sama fotografi, biarpun foto yang gw ambil gak bagus-bagus banget. tapi ya. lumayan lah ya. namanya juga hobi :D 

ini beberapa foto yang sedikit gue edit ehehe. cuma sedikit fotonya berhubung foto2nya disimpan enggak dalam satu tempat jadi gw gak bisa share banyak-banyak deh. 
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

(ini gw ambil pas lagi jadi fotogrfer dadakan di sekolah mama)


(i jst shr this pic. nothing special well ck)

(galau menunggu ..)

(ini waktu pelantikan eskul.. sudah penuh bang! ck)

(this is.. mrs Tia :) 

(waiting...waiting..)



Minggu, 01 Juli 2012

CINTA ITU SAKIT


Cinta itu sakit. 


Cinta itu indah? Benarkah?

===
Aku memandang wajahnya dari kejauhan. Pria itu sedang asik bercengkrama bersama teman-temannya. Terkadang ia tertawa dengan lepas. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena jarak kami lumayan jauh.
Hatiku berdebar-debar setiap kali  memandanginya. Bibirku bahkan tidak henti-hentinya mengulas senyum tiap kali aku melihatnya tertawa. Seakan ikut terlarut dalam tawanya. Aku juga ikut merasakan perasaan bahagianya.
Entah mengapa mataku ini tidak pernah jenuh memandangi sosok sempurnanya, bagiku tentu saja. Mungkin dia bukanlah seorang prince charming. Dia juga bukan anak-anak basket dan populer layaknya idaman para wanita.
tapi dia adalah seseorang yang telah berhasil membawaku hatiku pergi. Dia membawa pergi perasaan seorang Za sejak pertama kali kami bertemu.
Masih jelas teringat dalam benakku waktu dimana aku bertemu dengannya. Waktu itu kami baru masuk SMA, dan masih menjalani masa Orientasi.
Kebetulan aku dikerjai oleh salah satu senior yang amat menjengkelkan. Ia menyuruhku menyanyikan lagu cinta didepan seorang cowok. Tentu saja aku menolaknya mentah-mentah. Bagiku hal tersebut tidak memiliki kegunaan apapun. Semua itu hanyalah untuk menghibur senior-senior itu.
Aku masih keras menolaknya.
“oke. Kalau kamu enggak mau nyari cowoknya, biar saya yang nentuin. Kalau kamu masih nolak kamu akan dapat hukuman lebih berat.” Ujar sang senior.
Aku meruntuk dalam hati. Cih,  memanfaatkan senioritas untuk kepentingan dirinya sendiri. Benar-benar.
Tidak begitu lama si senior datang membawa seseorang. “ini dia. Masih inget kan perintah saya apa. Sekarang kamu nyanyiin lagu didepannya, dengan penuh perasaan. Oke” perintahnya.
Aku menelan ludah. Aku menundukkan kepala dan memainkan kuku jariku. Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kunyanyika? Oh tuhan ini memalukan.
“heh. Ayo buruan nyanyi!!” desak si senior 
Rasanya ingin kulempar si senior dari atas gedung sekolah!! aku menarik nafas dan menghembuskannya lagi. oke aku cukup bernyanyi. baiklah akan kucoba.
Kemudian aku mengangkat kepalaku dan membuka mulut hendak menyanyi. Tapi tiba-tiba cowok  itu berlutut dan meraih tanganku.
Aku tersentak. Aku mengerjapkan kedua mataku. Apa-apaan ini?
Dia kemudian mulai menyanyikan sebuah lagu dengan bahasa inggris. Aku tidak tahu apa judulnya tapi aku merasa familiar dengan nadanya. Yang jelas lagu itu adalah lagu cinta. Hey. kenapa jadi dia yang menyanyi? Bukankah aku yang sehrusnya menyanyi?

Mataku ku masih menyiratkan kekagetan dan penuh tanya. Orang-orang disekitar kami mulai datang mengerubungi. Mereka bersorak-sorak dengan nada menggoda.
Wajahku terasa panas. Saat ini wajahku pasti memerah. Aku melirik senior yang tadi memerintahku. Ia hanya tertawa geli melihat aksi tersebut.

Tidak berapa lama nyanyiannya selesai. Ia lalu mengangkat tubuhnya. tangannya masih erat menggenggamku. Bak seorng artis pentas, ia menundukkan setengah tubuhnya dan berterima kasi kepada pera penonton. Oh tuhan orang ini pasti gila! Pikirku.

Para penonton pun bertepuk tangan dan  berangsur pergi.

“eh ya. Kamu yang namanya Za. Kamu masih punya hutang oke! karena bukan kamu tadi yang nyanyi.” Ujar si senior dengan angkuhnya sebelum ia beranjak pergi.

Aku melepaskan genggaman tangannya. Aku merasa jantungku berdetak sangat cepat. Sejak tadi aku menahan nafas melihat aksinya yang tiba-tiba itu.
Dia kemudian melempar senyumannya padaku. Sejenak aku merasa terbuai pada senyumnya. Senyumnya begitu manis dan ramah. Oh no.! apa yang kau pikirkan Za!

“maksud lo apa tadi ngelakuin itu?” tanyaku langsung. Aku merasa nada bicaraku lumayan ketus saat itu.

Tapi Dia kembali tersenyum. oh demi tuhan jangan tersenyum!

“Karena lo keliatannya malu dan gak mau nyanyi.. jadi ya daripada gue lama nungguin lo mending gue aja kan yang nyanyi,” sahutnya santai. kemudian ia berbalik melangkah pergi. Eh, begitu saja?

“ZA.. nama gue Za” sontak aku langsung melontarkan kata-kata itu. sungguh!

Ia kemudian membalikkan tubuhnya dan tersenyum lagi. “Andi..” 
Namanya Andi.  Aku memadangi punggungnya yang berjalan semakin menjauh. Seulas senyum pun tersungging diwajahku. Aku merasakan sebuah getaran menyerang hatiku. aneh.

==

Sejak hari itu kami tidak pernah bicara lagi. kadang kami bertemu, namun kami tidak saling bertegur sapa. Tapi ia selalu melemparkan senyumannya. Ya, senyumannya yang membuatku terpesona.

Entah sejak kapan aku mulai menaruh hati padanya. Tapi wajahnya dan nyanyiannya waktu itu selalu menari-nari dikepalaku dan selalu membuatku senyum-senyum sendiri. Mungkin aku gila. Ya gila karenanya.

Aku hanya berani menyimpan perasaanku ini seorang diri. Aku tak berani untuk mengutarakan semuanya pada Andi tentang perasaan yang kupendam selama ini untuknya.

Aku malu dan aku takut jika hal tersebut kulakukan lalu mendapat penolakan. Rasanya aku belum siap menerima hal itu terjadi padaku. Aku belum siap menerima rasa sakit.

Aku hanya bisa berharap Andi akan datang padaku dan bertanggung jawab atas perilakunya karena dengan seenaknya mencuri hati ini. 

Ya ku akui. Andi adalah orang pertama yang membuatku merasakan apa cinta itu. Aku merasa senang  tiap kali memandang wajahnya, berdebar setiap kali berada didekatnya, dan merasa rindu saat aku tidak bisa melihatnya. Dan juga cemburu melihatnya dekat dengan orang lain.
Andi adalah orang pertama yang membuatku merasakan semua hal itu. Dialah cinta pertamaku.

===

Bel  tanda akhir sekolahpun berdering. Semua anak bersorak girang.
Aku berjalan keluar kelas dan menyusuri lorong sekolah dengan langkah tergesa-gesa. Hari ini aku harus membantu mama untuk membeli makanan kecil karena mama akan mengadakan arisan dirumah.

Namun langkahku terhenti tepat didepan perpustakaan ketika mataku tanpa sengaja mendapati seseorang yang kukenal sedang berdiri dibawah pohon tidak jauh dari tempatku berdiri. Ya andi. Dia tidak sendiri disana. Ia bersama seseorang. Seorang wanita. Aku merasakan jantungku berdetak sangat kencang.
Sedang apa mereka disana?

Aku memandangi mereka dari kejauhan. Tanpa sadar tanganku menggenggam tali tas yang kupakai dengan kuat.
Andi meraih tangan wanita itu dan mengenggamnya dengan erat. Senyuman khas miliknya terulas diwajah. Senyuman yang sama yang selalu ia lontarkan untukku.

Tapi ada satu hal yang berbeda. Tatapan matanya. Sorot matanya menyiratkan sesuatu yang berbeda ketika memandang gadis itu. Sorot mata yang penuh cinta.

Hatiku bagaikan terhantam batu besar. Pilu dan sangat menyakitkan.

Aku ingin pergi dari tempat ini dan berhenti memandangi mereka. Tapi sepertinya kaki ini enggan untuk beranjak seperti sesuatu menahanku.

Andi kemudian berlutut dihadapan wanita itu. Wanita  itu membalasnya dengan senyuman. Apakah ia sedang menyatakan cintanya?  Nafasku tercekat.

aku melihat wanita itu menganggukan kepalanya pelan dan tersenyum lebar . kemudian Andi menariknya dalam pelukkan. wajah Andi terlihat sangat bahagia.

Prangg. Hatikupun hancur berkeping-keping.
Rasanya bagaikan didorong masuk ke dalam jurang. aku merasakan takut dan debaran didada ini semakin memburu membuatku sulit bernafas.

Kepercayaanku  sirna, sekarang semua hanya akan menjadi harapan semu yang tidak jelas kepastiannya.
Rasanya aku ingin berlari menghampiri mereka dan berteriak didepan wajah Andi.

Tidakkah kamu melihatku? Aku yang selalu memandangimu dari jauh, aku yang selalu memikirkanmu, aku yang terpikat oleh senyuman dan aku yang selalu mencintamu.! aku gila. ya aku gila. Kau yang membuatku gila. Tidak bisakah kau melihatku ? merasakan betapa hati ini begitu sakit karena menyimpan perasaan ini sejak lama. Tidak bisakah kau melihatku?!!

Ya semua hanyalah khayalan bodoh yang tak akan pernah bisa kulakukan.
Apakah ini yang namanya cinta ?

Setetes airmata pun menyeruak membasahi pipi.

Inikah akhirnya? akhir dari kisah cinta yang kutujukan untuk Andi.

----

Kata orang semakin kau berharap pada cinta, maka akan semakin dalam kau merasa sakit.

Aku rasa pernyataan itu benar.

Karena semakin aku berharap pada cinta Andi semakin sakit kurasakan hati ini. semua hanyalah menjadi keinginan bodohku semata yang semakin jauh untuk menjadi nyata.

Aku mungkin akan menyesal karena tidak mengutarakan semua ini padanya. Namun, biarlah rasa cinta ini kupendam sendiri hingga tiba saatnya aku berhenti mencintainya.

Cinta memang tidak selalu memiliki. Aku mungkin tidak bisa memiliki raga dan hatinya. Namun aku memiliki cinta yang begitu tulus untuknya.

Bahagia deminya adalah penghiburan bagi diriku. Menerima kenyataan bahwa Andi bukanlah takdirku. Aku bersyukur pernah mengenal dan mencintainya. Andi mengajarkan cinta padaku.
Dia akan selalu menjadi cinta pertamaku.

Cinta memang indah. Ya benar. Namun cinta juga menyakitkan.







Can't Love You (FanFiction

Title : Can't Love you
Rate : G
Genre : romace, sad maybehh
Cast : Lee Dong Hae and other cast
Disclaimer : disini aku enggak ngasih tau POV masing2.. tapi dr penulisan kayaknya udah bisa tau kanyah? ehehe
author said : ini real, don't copas (mending ada yang baca) dan biarpun gak bagus, YA maklum masih tahap belajar :D

------------------------------------------------------------------------------------------------------------



 “Dong hae, kau harus memanggilnya ibu mulai sekarang.”  Ayah Donghae berkata sambil memandang wanita disampingnya itu.
Donghae tetap terdiam dengan acuh.
“dan gadis kecil ini  akan menjadi adikmu. Namanya Shin Sung Hyo. Lihat dia, dia cantik bukan?”
Donghae menatap gadis kecil dihadapannya itu dengan dingin.  Gadis itu memiliki rambut panjang hitam yang dikuncir dua dan boneka beruang mungil yang dipegangnya. Kemudian gadis itu tersenyum.  senyuman yang terlihat polos . Matanya yang bening sejenak membuat donghae terpaku.
“kenapa kau diam saja donghae..?” tanya ayahnya.
Donghae mengankat kepalanya dan memandang ayahnya dengan tatapan menyerigai. “apa yang harus kukatakan?” ucapnya dingin.
Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada wanita yang berada disamping ayahnya dengan tatapan datar. “Dia tidak akan pernah menjadi ibuku. Aku tidak sudi memanggilnya ibu! Wanita miskin itu bagaimana dia bisa menjadi ibuku!! HAH?”
PLAKK
Sebuah tamparan telak mendarat dipipinya. Donghae meringis perih. Ia merasakan ujung bibirbnya berdarah.
“Yeobo.. hentikan. Sudah. Sudah.”
“Kau. JAGA BICARAMU! Dia akan menjadi ibumu. Hormati dia.!” Ayah mengecamnya dengan suara bergetar karena menahan emosi.
Donghae memandang ayahnya dengan tatapan tajam. “cih. Jangan berharap. Aku tidak akan pernah mengeluarkan kata-kata itu untuknya.”
Donghae kemudian berjalan pergi dengan langkah lebar meninggalkan ayahnya. Tapi sebuah tangan menahan donghae.
“oppa.. jangan pergi.”
Gadis kecil itu menahan lengannya. Donghae menatap gadis itu dengan tajam . “jangan pernah memanggilku oppa!.” Ucapnya lalu dengan kasar menepis tangan kecil gadis itu hingga ia tersungkur jatuh.
Prangg.
“SUNG HYOO..”
Donghae menghentikan langkahnya.  Ia menoleh ke belakang. . Darah . Gadis itu membentur meja kaca hingga vas bunga jatuh dan mengenainya. Darah. Gadis kecil itu berdarah. Donghae menatap mata kecilnya yang memandang Donghae. Bibirnya masih bergumam. “Oppa.. jangan pergi.”
Ia merasakan kakinya lemas dan jantungnya berdebar. apa yang telah ia lakukan?
“Rumah sakit, kirimkan ambulance.. Segera!!”
“Sunghyo bertahan nak..sunghyo..”
Suara ayahnya dan wanita itu begitu panik. Donghae merasakan sesaat dirinya menghilang.  pandangannya tetap terpaku pada wajah gadis kecil itu yang mulai pucat dan  Bibirnya tetap bergumam.
“Oppa jangan pergi..”
Ayahnya bangkit dan sebuah tamparan mendarat untuk kedua kalinya. Kali ini Donghae tidak merasakan perih.  “APA YANG TELAH KAU LAKUKAN??!” ayahnya nyaris berteriak.
Donghae terdiam sesaat. Tapi kemudian ia tersenyum. “aku tidak melakukan apa-apa..” jawab donghae dengan santai.
Ayahnya kembali mengangkat tangannya hendak melayangkan pukulan. Namun ia terhenti.  Donghae melihat jelas urat diwajah ayahnya tersembul karena menahan amarah.
Tapi Donghae tetap tidak perduli. Ia kemudian berbalik dan melangkah pergi meninggalkan ayahnya. Jantungnya masih berdebar, namun amarahnya lebih besar saat ini.
“OPPA.. jangan pergi.”
===
9 tahun kemudian..

“Sunghyo.. bangunkan kakakmu dikamarnya. Sarapan sudah siap” seru ibunya dari dapur.
“baik..!” sahut sunghyo dengan semangat.
“apa bocah itu pulang ?” tanya ayah yang tiba-tiba sudah berada disamping sunghyo yang sedang menata meja makan.
“appa sudah bangun.? Iya. Duduklah, sarapan hampir siap..” ujar Sunghyo. Ia kemudian melepaskan celemek yang ia pakai dan menaruhnya di atas sandaran kursi. “aku akan membangunkannya agar kita bisa sarapan bersama-sama.” Ucapnya lagi.
Ia kemudian menaiki anak tangga dengan cepat. Kamar kakaknya memang berada diatas tepat berada disamping kamar SungHyo.
Ia mengetuk pintu kamar itu dengan keras. “OPPA.. bangun sudah pagi. Sarapan sudah siap!!” serunya.
Tapi tidak ada jawaban. Sunghyo mendesah kesal. “Bocah malas.!”
“Oppa.. kalau kau tidak juga keluar aku akan masuk kedalam! Oppa... “
Tetap tidak ada jawaban. Baiklah ia akan masuk.
Ia kemudian memutar gagang pintu yang ternyata tidak dikunci. Dengan perlahan ia membukanya.
“Oppa..apa kau masih tidur? ”
Lampunya mati jadi ruangan itu begitu gelap. Ia melangkah masuk ke dalam dan meraba-raba dinding  mencari saklar lampu.
Trengg! (suara apa ituh.. ekeke)
Lampu menyala. Sunghyo mengerjapkan matanya yang sedikit kabur akibat langsung terkena cahaya.
“OH MY GOD.. “ SungHyo tercengang melihat pemandangan kamar donghae ini. benar-benar berantakan seperti kapal pecah. Tidak lebih parah, mungkin keadaanya seperti kapal titanic yang terbelah dua.
Sunghyo melangkah kan kakinya perlahan mendekat menuju ranjang donghae. Pakaian-pakaian, botol-botol bir, dan segala macam benda berserakan dilantai membuatnya sulit berjalan.
“Apa-apaan ini. orang ini benar-benar..”
Sung hyo mengguncang tubuh donghae  yang memunggungi dirinya. “Oppa bangunlah!! Omo.. kenapa kau begitu jorok. Lihat kamarmu ini. aish.. apa kau tidak mau bangun juga?!!”
Sunghyo mengguncang tubuh kakaknya lebih kencang. “Op...” perkataanya terhenti.
Sunghyo terperanjat kaget. Bola matanya hampir keluar. Donghae  mendadak membalikkan tubuhnya dan menarik sung hyo dalam pelukan. Sekarang wajahnya tepat didepan dada bidang Donghae. Ia dapat merasakan detak jantung pria itu.   *author mau dong di peluk~ pletak*
“apa yang kau lakukan..lep...” sunghyo meronta tetapi dekapan donghae semakin erat.
“OPPA.. Lepaskan aku.!!” Jantung sunghyo mulai berdetak kencang. Ia merasakan wajahnya panas.
“kenapa kau begitu berisik hah.”
Donghae melepaskan pelukannya dan kembali membalikkan tubuh lalu tertidur lagi. *kebo nih si ikan* plak(dicium donghae)
SungHyo mengatur nafasnya. Jantungnya masih berdetak sangat kencang, dan wajahnya panas. Saat ini wajahnya pasti sangat merah. Menyebalkan.
Ia lalu menyibak selimut yang menutupi tubuh donghae dengan kasar. Dan ..
“OPPPAAAA... MANA PAKAIANMU..”
Sunghyo menutup matanya dengan kedua tangan.
“kau benar-benar berisik.  Kenapa pagi-pagi pikiranmu sudah kotor..”
“apa kau bilang? Kotor..??”
“lihat.lihat.. aku masih mengenakan celana.”
Sunghyo mengintip dari sela-sela jarinya. Ia kemudian menurunkan tangannya dan membuka matanya setelah memastikan orang itu tidak dalam kondisi naked.Gadis itu kemudian menyipitkan kedua matanya dan memandang lurus ke arah donghae.
“kenapa?” tanya donghae dengan tampang tidak berdosa.
“Hah.. sudahlah! Sarapan sudah siap.. turunlah ibu dan ayah menunggumu..!!” ucapnya dengan ketus dan kemudian berjalan pergi.
Donghae memandang punggung gadis itu dengan mata yang disipitkan.  Kemudian ia tersenyum jahil.  sejak kapan gadis kecil itu menjadi seorang wanita? Tubuhnya mengalami banyak perubahan.
“lee donghae, kau pasti sudah gila..”
--
Sial. Bocah itu benar-benar.
Sunghyo menendang Pintu kamar donghae setelah keluar dari kamarnya dengan geram. Jantungnya masih terasa berdebar. apa maksudnya perlakuan orang itu? Memeluk seenaknya?
Dan kenapa ia harus tidur tanpa pakaian? Sial.
Pagi ini ia benar-benar hampir terkena serangan jantung karena orang itu.  Kalau bukan karena ibu menyuruhnya, ia tidak mau membangunkan orang itu!
Sunghyo menuruni anak tangga dan masih tetap mengoceh kesal. Bahkan sampai ia duduk di meja makan, ia tidak berhenti mendesah kesal.
“Donghae.. kau sudah bangun. Ayo duduk..” ucap ibunya tiba-tiba
Donghae mengambil tempat duduk tepat didepan SungHyo.
“ayo.. makanlah yang banyak. Kita jarang sarapan bersama-sama.” Ucap ibunya lagi.
Donghae mengambil mangkuk nasi itu tanpa ekspresi apapun.
Cih. Setidaknya dia bisa mengucapkan “terimakasih umma”
Batin sunghyo.
Sung hyo memandang Donghae yang sedang asik menikmati makanannya. Sepertinya dia sangat lapar. Tapi tiba-tiba donghae mengangkat kepalanya. Dan trengg (lagi-lagi suara ituhh... ._.)
Mata mereka bertemu. Sunghyo merasakan jantungnya kembal berdetak. Ada apa dengan dirinya?
Namun tanpa ekpresi donghae kemudian melanjutkan kegiatan makannya. (die laperr)
“oh ya.. bagaimana kuliahmu donghae?” ayah membuka suaranya.
“biasa saja.” Sahut donghae acuh.
“sampai kapan kau akan seperti ini. tidak jelas seperti berandalan.. kau harus ingat kau adalah pewaris perusahaan..”  belum sempat menyelesaikan perkataannya, donghae menyela.
“aku selesai makan. Aku pergi.”
Donghae kemudian langsung bangkit dan berjalan menuju pintu keluar.
Sunghyo melirik ayahnya yang menghela nafas berat. Pasti berat untuknya. Ayah selalu berusaha menahan emosi karena perlakuan donghae.  Meskipun tidak pernah mengatakannya, tapi sung hyo tahu ayahnya sangat mengkhawatirkan Donghae.
Ya. Kami semua mengkhawatirkannya.
“Aku harus bicara padanya” gumam sunghyo,
“umma.. appa.. aku berangkat sekolah dulu.” Sung hyo lalu berjalan cepat setelah mengenakkan tas dan sepatu. Sunghyo berharap donghae belum pergi.
 Dan syukurlah Donghae masih berada dimobilnya sambil terdiam.  sunghyo lalu menghampiri donghae. Kemudian mengetuk kaca mobilnya.
Donghae menurunkan kaca mobilnya tanpa memandang kearah Sunghyo. Tatapannya masih mengarah ke depan.
“Oppa.. kau seharusnya tidak pergi begitu saja.”
“apa urusanmu? Tidak usah mencampuri urusanku.. !”
“oppa.. kau tidak bisa seperti itu. Ayah, ibu.. kami mengkhawatirkanmu. Terutama ay..”
Kali ini donghae menlohkan kepalanya dan memadang sunghyo dengan datar. “tutup mulutmu. Jangan campuri urusanku.. kau bukan siapa-siapaku. Dan berhenti memanggilku oppa.”
Sunghyo langsung terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka karena perkataannya disela. Matanya menatap lurus ke arah Donghae dengan penuh tanya.
“he..hey.. kenapa kau bicara seperti itu.?” Ucap sunghyo. Ia berusah mengulas senyum diwajahnya. Ia berharap senyumannya terlihat biasa.
Wajah donghae kembali menampakkan ekspresi dinginnya.  “jangan menganggu ataupun mencampuri urusanku lagi. kalau kau berani melakukannya kau akan menyesal seumur hidup!” kecamnya.
Ia kemudian menurunkan kaca mobilnya lalu melesat pergi.
Sung Hyo hanya terdiam mematung di tempatnya berdiri. Pikirannya mulai menjalar kemana-mana. Tidak. Ia harus tetap percaya pada pemikirannya. Donghae bukanlah orang seperti itu. Ia tahu donghae orang yang baik.
Ia hanya ...kesepian.
---
Sung Hyo memandangi langit dari balik jendela kelasnya. Saat ini sedang jam istirahat. Ia sedang tidak nafsu makan, tidak biasanya. Karena apapun yang terjadi SungHyo tidak pernah kehilangan nafsu makannya.
Tapi hanya karena memikirkan kakaknya Donghae, melirik makananpun ia tidak berselera.
“SungHyo.. tidak biasaya kau melewatkan makan siang.” Ujar Ji yeon yang tiba-tiba duduk didepanku dan membuat lamunanku buyar. Aku tersenyum acuh tak acuh.
“tidak lapar.” Jawabku pendek.
Ji yeon mengangkat sebelah alisnya. Seakan tidak percaya dengan perkataanku. “ha? Kau tidak nafsu  makan.?”
Aku mengangguk.
“aneh. Kenapa? apa terjadi sesuatu padamu?”  tanya Jiyeon. Ia mengenal Ji yeon sudah lama. Kalau sesuatu membuatnya kehilangan nafsu makan pasti merupakan hal besar. Karena sunghyo adalah tukang makan, dan makanan baginya sangat penting.
Sunghyo terdiam nampak berpikir. Tidak, ia tidak boleh menceritakan hal ini pada siapapun.
“hah? Tidak.. aku baik-baik saja.”
Jiyeon  mengerutkan dahinya dan menatap Sunghyo dengan ragu.  “kau bohong? “
sunghyo tersenyum lebar. “aish.. aku tidak apa-apa. Sekali-kali tidak apa-apa kan kalau aku tidak ingin makan. Lihat pipiku ini sudah mulai chubby”
Ji yeon kemudian menghela nafas dan menghembuskannya lagi. “baiklah kalau memang tidak ada apa-apa.”
Ya. Sunghyo harap dia memang baik-baik saja.
---
Donghae terdiam sambil menatap langit biru. Cuaca hari ini begitu cerah. Ia duduk seorang diri di salah satu bangku taman yang tidak terlalu ramain.
Keadaan hening. Hanya terdengar suara kicauan burung dan suara desikkan daun dan ranting pohon yang terhembus angin.
Tiba-tiba sebuah kenangan masa lalu merasuki kepalanya. Ingatannya membawanya pergi menuju  10 tahun yang lalu.
Tahun dimana ibunya pergi dan meninggalkan dia didunia ini sendirian. Penderitaan yang dialami ibunya dulu masih jelas tersimpan dan setiap kali ia mengingatnya hatinya begitu sakit. Waktu itu ia hanyalah anak kecil berumur 11 tahun yang tidak bisa melakukan apapun selain menjaga ibunya yang kesakitan.
Kalau ia mengingat semua itu emosinya meluap dan amarahnya kembali mencuat.  Terutama pada seseorang yang selama ini dipanggilnya ayah.
Setiap kali memandang wajah orang itu. Ia selalu mengingat wajah ibunya yang lemah menahan sakit. Makannya donghae jarang berada dirumah dan lebih memilih berkeliaran dimana-mana.
Dan hal yang membuatnya semakin malas untuk pulang, adalah kehadiran wanita miskin itu dirumahnya dan bocah itu.
Ya terutama bocah itu. Setiap kali melihatnya, hati Donghae selalu merasakan sesuatu hal yang aneh dan itu membuat donghae sangat tidak nyaman.
----
 To be continued
(yeah long time gak ngetik fanfition. Hoho. Mumpung liburan jadi sebisa mungkin ngasah kempauan supaya bisa lebih baik lagi)
    

BAPAK (cerpen)

BAPAK 


Langit jingga mengiringi langkah kami. Dengan tangannya yang kekar, ia mendorong gerobak kesayangannya itu menyusuri pinggiran jalan Kota Jakarta. aku mengikutinya dari belakang dalam diam  memandangi punggung lelaki setengah baya itu. 
pundaknya yang kekar menggambarkan betapa ia begitu kuat menahan beban hidup yang ia alami. dialah bapakku 

-----

"Sa..sudah sholat magrib?" tanya bapak yang tiba-tiba datang dari dalam kamar dengan mengenakkan sarung lusuhnya. 

aku mengangguk pelan, "Sudah Pak.." 

"yasudah. lanjutkan belajarmu" ucapnya lagi. kemudian ia menghampiri lemari usang yang berada disudut ruangan. ia mengeluarkan Al Quran dari dalamnya. Al Quran itu juga sudah usang dan beberapa halamannya mulai robek karena setiap Bada magrib  bapak menyempatkan diri untuk membacanya. 

Lantunan ayat suci mulai menyelimuti rumah kecil kami. Aku menghentikan kegiatanku dan terdiam.  Suaranya begitu merdu, tenang dan damai. siapapun yang mendengar bapak mengaji akan  terhanyut dalam gelombang merdu yang bapak hasilkan. seperti layaknya diriku saat ini. 

Bapak selalu bilang. Pendindikan setinggi apapun dan harta sebanyak apapun tidak menjamin kita hidup tenang dan damai di dunia. Namun, Jika kita rajin beribadah dan senantiasa membaca Al Quran niscaya hidup kita akan tenang dan damai. tidak hanya dunia,. tapi juga di Akhirat.

begitulah katanya. ya. aku selalu mengingat perkataanya. 


bagiku, Bapak bukanlah hanya sekedar "bapak" bagiku. Tapi dia adalah sosok yang kusanjung dan sangat kuhargai. 


Bapak merawat kami, aku dan adikku seorang diri. Sedangkan Ibuku.. entah berada dimana. satu-satunya ingatan ku tentangnya adalah ia meninggalkan bapak karena merasa tidak puas dan lelah hidup dibalut kemiskinan. kasarnya dia mencampakkan kami. 


Tapi bapak tidak pernah membencinya.  sesekali kudapati bapak sedang  memandangi foto usang ibu yang selalu ia taruh dibawah bantalnya. hanya itulah satu-satunya barang peninggalan ibu selain rasa sakit yang ia torehkan di hati Bapak dan aku tentunya.

Adikku Faisal. ketika itu dia masih bayi. Dia belum sempat merasakan kasih sayang ibunya dan mengingat wajahnya ibunya. dulu, ketika Faisal mulai menanyakan dimana keberadaan ibunya padaku. aku hanya diam dan menatapnya dengan tatapan menerawang. aku tidak tahu harus menjawab apa. 

namun bapak akan mengusap kepala faisal dengan pelan dan tersenyum. "Ibu pergi tapi faisal tenang saja, ibu suatu saat akan balik lagi kesini." begiitulah jawabnya.

ya.. bapak percaya. bahwa ibu akan pulang dan berkumpul bersama kami lagi. tapi, bertahun-tahun ibu tidak pernah kembali. kadang dibalik rasa benciku pandanya, ada setitik rasa percaya bahwa ibu akan pulang. Tapi seiring berjalannya waktu aku tahu semua hanyalah harapan kosong yang menyakitkan. 



(masih dalam proses, cerpen belum selesai.. haha XD ) 2











Jumat, 29 Juni 2012

Destiny (CERPEN)


iDESTINY


Harusnya aku sadar, hati ini begitu perih. Aku tahu sejak awal perasaan ini akan menyakiti dan menyiksa diriku sendiri. Tapi aku mencintainya begitu dalam, bahkan rasa sakit ini begitu tidak berarti selama hati ini mencintainya.

“kalau kamu enggak mau aku datang padamu.., hiduplah bahagia. Hiduplah dengan senang, jangan pernah menangis. Ketika kamu mendapatkan kesulitan aku akan tahu, dan aku akan datang saat itu juga.. jadi hiduplah bahagia Reva.”
Reva tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Ia tidak bisa memungkiri hati ini tergores begitu perih. Tuhan, mengapa tidak kau ambil nyawaku saat ini juga. Itulah doa yang  Reva ucapkan dalam hatinya.
Bibirnya kelu. Air mata semakin deras membasahi pipinya.
Tapi, laki-laki itu justru tersenyum. Senyum khas yang selalu ia perlihatkan. Dengan lembut tangannya meraih lengan Reva, manariknya mendekat perlahan.
 Dalam diam, ia mengusap air mata dari wajah Reva menggunakan tangannya yang lain, sementara tangannya yang satu masih erat menggenggam lengan Reva.
“udah  aku bilang, kamu  jelek kalau nangis..”
Reva mendengus, ia mengakat tangannya hendak memukul seperti biasa ketika laki-laki itu mulai mengejeknya. Tapi secepat kilat, Navi mencengkram lengannya dan menarik Reva dalam pelukan.
“Na..navi..” Reva tidak bisa berkata apapun. ia terkejut namun, ia  tidak berusaha untuk  lepas dari pelukan ini. entah mengapa, pelukan ini begitu nyaman.
“tahu gak.. aku selalu ingin seperti ini.” katanya pelan dengan nada berbisik.  Hembusan nafasnya terdengar jelas di telinga Reva.
Ia terdiam sejenak. “aku selalu ingin memelukmu seperti ini ..” lanjutnya.
“tapi sekarang.. aku akan melepas semuanya.”
“aku akan menyerah pada kenyataan.. menjilat ludahku sendiri  karena  aku akan melepaskan semuanya.. dan juga kamu..” lanjutnya.
Reva tertegun. Saat ini ia berharap bahwa pendengarannya salah.
Navi menyerah pada kenyataan, dan.. melepaskannya.
Dadanya mendadak terasa berat bagaikan batu besar menimpanya. Ia sulit bernafas. Air mata kembali meluncur dari pelupuk matanya.
Perlahan navi melepaskan pelukannya dan masih tetap  tersenyum.
“tenang aja. Aku akan melepaskan kamu  dengan senyum.. dan yang pasti tetap  cool “ ucapnya.
Reva memandang laki-laki dihadapannya. Seorang yang mencintainya dengan tulus, selalu ada bersamanya, selalu membantunya dan berkata bahwa ia tidak akan menyerah.
Kini ia melepaskan semuanya, menyerah pada kenyataan.
Dan.. Hati Reva perih menerimanya, bahwa ia juga harus menerima laki-laki itu kini memilih untuk pergi darinya.
“aku pergi.. Cuma itu yang mau aku bicarakan sama kamu.. Kamu sebaiknya pulang,.sudah malam “ Navi melepaskan genggamannya dan membalikkan tubuhnya lalu berjalan pergi. Hanya itu kalimat terakhir yang ia ucapkan.
Reva memandang pundak Navi yang berjalan semakin jauh. Angin malam berhembus membelai wajahnya yang bercucuran air mata.
Sakit? Kenapa hati ini begitu sakit?


Navi berbalik meninggalkan Reva yang masih mematung disana. Sebenarnya ia ingin lebih lama disana, memeluknya dan memandang wajahnya. Tapi,  Jika ia terlalu lama disana, ia takut ia tidak bisa menerima kenyataan ini. Ia takut hati ini semakin berat untuk beranjak dari gadis itu.
Navi menarik nafas dalam-dalam tapi  rasa sesak ini tidak juga hilang. Hatinya pilu. Sangat pilu.
Tapi mendadak kakinya berhenti melangkah. Ia kemudian membalikkan tubuhnya. dan tanpa sadar, kakinya berjalan membawa tubuhnya kembali menuju tempat tadi.  Navi melangkah dengan cepat dan mulai berlari. Hati kecilnya berharap gadis itu masih berdiri disana.
Tapi. Nihil. Navi mengatur nafasnya yang terengah-engah karena berlari.
Apa ini akhirnya? Apa ini ending dari semua pengorbanan yang navi berikan?


Reva tidak bisa menghentikan tangisannya. Ia bersusah payah menahan air matanya sepanjang jalan pulang ke rumah agar tidak menarik perhatian orang. Rasanya tidak nyaman menahan tangis. Dan sekarang  tangisnya pecah.
Terngiang kembali perkataan Navi yang tadi. Semakin mengingatnya hatinya semakin sakit.
Kenapa ia harus merasakan sakit kalau memang hatinya bukan untuk Navi?
demi tuhan ini menyiksa.
 Di tengah-tengah tangisnya, ponselnya berbunyi.  Reva tidak menghiraukan dering ponselnya yang meraung-raung minta diangkat. Ia tetap terdiam dalam lamunan dan tangisnya. Beberapa kali ponselnya berdering tapi pada akhirnya berhenti.
“maaf daniel.. “ gumamnya pelan.


Daniel menatap layar ponselnya dengan kening berkerut. Ia mulai putus asa menghubungi Reva. Sejak tadi gadis itu tidak membalas sms, bbm, dan mengangkat telponnya. Ia khawatir terjadi sesuatu pada gadis itu.  Entah berapa banyak sms dan bbm yang ia kirim dan berapa kali ia mencoba menghubungi gadis itu. Tidak ada satupun balasan.
Daniel menghela nafas dan menghembuskannya lagi. Pikiran aneh mulai merasuk kepalanya.
Ia kemudian kembali mencari nama gadis itu pada daftar nomor ponselnya, namun ketika ia hendak menekan tombol hijau sebuah panggilan masuk ke ponselnya.
Ia mengerutkan dahi membaca nama yang tertera pada layar ponselnya.
“halo..”
“hey bro.. would you accompany me tonight?” seru seseorang dari ujung sana.
“Navi.. ?”
“ayo... untuk kali ini. bagaimana kalau kita tanding basket. ?”
Daniel nampak berpikir sejenak, tapi akhirnya ia menyetujui “oke..”
“okey.. gue tunggu di lapangan basket tempat biasa.” katanya lagi.
Daniel mengiyakan, dan memutuskan sambungannya. Ia menghela nafas. Ada apa dengan bocah itu? Mendadak bersikap seperti ini.
Daniel bertanya-tanya dalam hati.


“yeah..  masuk!!” Navi bersorak menang.
Sudah kesekian kali bola yang dipegangnya masuk kedalam ring basket dengan sempurna.
Daniel mencibirnya, “hey. Jangan sombong dulu,.”
Navi hanya menyeringai, “haha. Ayo kalahkan gue kalau lo bisa..”
Daniel tersenyum tipis, “as you wish bro,,” ia langsung berlari dan merebut bola basket itu dari tangan Navi yang belum bersiap dan menggiringnya masuk ke dalam ring. Tapi sayangnya bola itu meleset.
“shit..!”
Navi tertawa penuh kemenangan. Ia menepuk pundak daniel, “as you wish? Haha anda terlalu percaya diri bung..”
Daniel hanya diam. Kemampuan bermain basketnya memang tidak pernah melampaui Navi. Ia tidak bisa, lebih tepatnya belum bisa mengalahkan bocah sombong itu.
Mereka kemudian duduk di tengah lapangan dalam hening. Langit malam ini mendung dan tidak ada bintang. Navi menyodorkan sebotol minuman isotonik kepada Daniel.
“Thanks..” ucapnya. “kali ini gue kalah sama lo.. tapi lain kali gue pasti bisa ngilangi senyuman sok cool itu..” katanya dengan penuh percaya diri,
Navi hanya tertawa pelan. “jangan mimpi.. “.
Hening sejenak.
“tapi.. untuk kali ini gue merasa kalah dari lo.” Ujar Navi tiba-tiba dan memecahkan keheningan.
Daniel menoleh dengan tatapan penuh tanya.
“gue gagal untuk Reva.. dan gue kalah sama lo..” sambungnya dengan tatapan masih mengarah ke depan.
Daniel tetap diam tanpa berkomentar.
“dan gue.. memilih pergi. Bukan karena takut, tapi karena kenyataan yang membuat gue harus mengambil jalan ini” Tambahnya.
Kali ini daniel membuka mulutnya, “lo yakin enggak akan nyesel untuk keputusan lo?”
Navi tertawa, tawa yang terdengar dipaksakan. “mungkin gue akan nyesel, tapi buat gue.. hati Reva lebih penting. Gue enggak mau jadi penghalang dia.”
Navi menghela nafas, “besok pagi.. gue pergi. Nyokap minta gue untuk kesana. Kondisinya  sekarang berangsur membaik dan gue mau berada disisi bokap gw sekarang .. “
Daniel menepuk pundak sahabatnya itu, “lo akan medapatkan kebahagian yang jauh lebih banyak Vi..”
“jangan buat dia nangis kalau lo gak mau gw pulang dan ngasih lo pelajaran.. “
“jangan khawatir.. gue enggak akan membiarkan apapun melukainya.”
Mereka pun tertawa. Tapi dibalik tawa itu, sebuah hati mengalami kesakitan yang sangat pilu.


Reva menyusuri koridor  sekolah dengan lemas. Tubuhnya seakan melayang setiap kali ia melangkahkan kaki. Mungkin ia terlalu lelah karena menangis semalaman dan tidak bisa tidur karena hatinya tidak tenang.
Ia membenarkan posisi kacamatanya. Matanya sembab. Ia takut terlihat oleh teman-temannya. Kalau temannya tahu, mereka pasti akan melayangkan banyak pertanyaan dan semua itu hanya membuat Reva mengingat semuanya. Ia takut air matanya tidak bisa ditahan.
“reva.. “ sebuah suara yang sudah tidak asing ditelinga menyerukan namanya dari belakang.
Reva menoleh dan melihat Daniel tengah berlari pelan menghampirinya.
“kamu kemana aja, ? tadi aku ke kelas tapi kamu enggak ada..?” tanyanya langsung.
“emm.. aku mau ke perpus. Mau nyari beberapa buku buat bahan belajar. Ada apa kamu mencari aku?”
Daniel tersenyum, “Aku mau ngajak kamu makan  di kantin. Tapi kalau kamu sibuk ya enggak apa-apa..”
Reva mengangguk pelan. “sebenarnya aku bisa nyari buku-buku ini nanti...”
Mereka pun berjalan menuju kantin.
“reva kamu mau makan apa?” tanya daniel.
“aku enggak nafsu makan.. aku hanya ingin memesan minuman.” Sahut Reva.
Daniel hanya mengangguk pelan dan memesankan Reva segelas jus jeruk. Mereka lalu mengambil tempat duduk di meja paling luar karena hanya itu yang kosong.
Reva duduk terdiam dan memandang ke arah lapangan basket. Ingatan tentang Navi kembali mencuat. Biasanya ia sering melihat Navi bermain basket dari tempat duduk ini. tempat ini adalah tempat biasa dia dan teman-temannya duduk tiap ke kantin dan dari sini mereka sering menyaksikan anak-anak bermain basket setiap jam istirahat.
Tanpa sadar matanya mencari-cari sosok itu. Tapi dia tidak ada. Kemana dia. Pikir Reva.
Daniel mengikuti kemana arah mata Reva tertuju. ia tersenyum kecil. “kamu ngeliatin apa Va?”
“hah.. ? itu.. enggak bukan apa-apa..” jawabnya pendek.
“kamu nyari Navi?” tebaknya.
Reva menggelengkan kepalanya cepat, “enggak. Bukan kok..”  
“kemarin.. aku menghubungi kamu, tapi kamu enggak ada kabar. Aku khawatir. Tapi setelah melihat kamu tadi aku senang kamu baik-baik aja..”
Reva memaksakan seulas senyum, “maafin aku niel.. kamu pasti khawatir sama aku.”
“aku enggak tahu kamu kenapa.. tapi yang penting kamu baik-baik aja aku sudah senang kok..”
Reva hanya membalas ucapan Daniel dengan senyuman. Ia juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya sekarang. Ia bingung.
“sha.. makasih lo udah mau bantuin gw..” ucap Navi.
“kenapa enggak lo aja vi yang langsung kasih ini ke  Reva?” tanya Arsha.
Navi hanya tersenyum kecil. “Ada satu alasan kenapa gw gak bisa ketemu langsung sama Reva. Tolong kasih ini langsung ke Reva ya.. dan makasih banget“
Reva kemudian menyerahkan sebuah kotak berwarna biru langit kepada Arsha. Arsha  adalah teman dekat Reva dan juga teman sekelas Navi.
Arsha menerima kotak itu dan mengangguk pelan sebagai tanda ia akan melakukan permintaan yang Navi minta. “sama-sama vi.. tapi.. lo mau kemana? Kok lo gak masuk kelas?”
“gue mau balik ke Jepang. Dan kayaknya gue enggak akan balik lagi ke sini..” jelasnya.
“serius? Dan lo mau pergi gitu aja tanpa ngomong apa-apa sama Reva?”
Navi menggelengkan kepalanya. “gue gak pergi gitu aja sha.. lagipula dia pasti baik-baik aja..” katanya.
“Nav.. lo serius Reva pasti baik-baik aja?” tanya Arsha lagi.
“ya. Gue yakin.”
Arsha memandang Navi dengan kening berkerut. Tapi kemudian ia tersenyum dan menepuk pundak Navi. “Jangan lupain gw Vi, baik-baik disana ya.”
Navi mengangguk pelan, “tolong sampaikan salam gue buat Reva ya sha. Lo juga jangan lupain gue. J.” Navi bberhenti sejenak dan melirik jam tangannya. “kayaknya gue udah harus pergi. Pesawat gue dua jam lagi mau take off.” Lanjutnya.
Arsha menganggukan kepalanya. “hati-hati vi..”
Navi membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi.  Ia berusaha tersenyum meskipun hatinya begitu berat.
Ia pergi dan meninggalkan semuanya. Ia ihklas. Ya ikhlas..

“sha.. tumben lo datang ke rumah gak kasih kabar dulu. Ada apa?” tanya Reva ketika mendapati Arsha datang ke rumahnya malam-malam.
“gue gak sempat ngasih kabar. Tadi buru-buru. Ada sesuatu yang mau gue kasih ke lo.” Jawab Arsha.
Reva kemudian mempersilakan Arsha masuk dan menuju taman belakang tempat biasa mereka menghabiskan waktu kalau arsha datang ke rumahnya.
“jadi.. ada apa sha?”
Arsha membuka tas punggungnya dan mengeluarkan sebuah kotak berwara biru langit dari dalam tasnya. Ia kemudian meyodorkan kotak itu kepada Reva.
Reva mengerutkan keningnya dengan tatapan penuh tanya.
“ini.. dari Navi.” Ujarnya.
Reva menerima kotak  itu. Jantungnya kembali berdebar-debar.  Kenapa Navi tidak memberikannya langsung?
“katanya dia gak bisa ngasih ini langsung ke lo karena ada satu alasan.” Ucap Arsha  yang seakan bisa membaca pikiran reva.
“ tadi pagi dia datang ke sekolah buat nitipin ini ke gue. Dia bilang dia mau pergi..”
Reva hanya diam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Mulutnya tiba-tiba bungkam.
“lo tahu kan bokapnya yang ada di Jepang? Katanya nyokapnya minta dia pulang ke sana karena kondisi kesehatan bokapnya udah membaik, dan Navi mau nemenin bokapnya disana.” Jelas Arsha lagi tanpa menunggu respon dari Reva.
Reva merasa seakan dadanya ditahan oleh batu besar. Sesak. Tapi Ia mencoba menahan diri agar tetap terlihat baik-baik saja.
“dia bilang enggak akan balik lagi ke sini.” Tambahnya.
“kapan dia pergi?” tanya Reva. ia berusaha menahan emosinya.
“tadi, setelah dia memberikan kotak ini katanya dia langsung menuju bandara. Dan pasti pesawatnya udah berangkat sejak tadi.” Jawab arsha.
Nafasnya tercekat. Reva tidak bisa menahannya lagi. Ia merasakan jantungnya akan meledak karena berdetak sangat cepat.
“i..itu aja..?” gumam Reva.
“va.. lo baik-baik aja kan? Maafin gue,, seharusnya gue ngasih ini lebih awal. Kalau aja tadi gw gak terhambat sama urusan OSIS.. ”
Reva terdiam. tatapannya kosong. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini.
“Va..?”
Mata reva mula berkaca-kaca. Ia meletakkan telapak tangannya di depan dada, “disini. Tiba-tiba rasanya sakit dan gue ngerasa sesak..” ucapnya pelan.
Arsha menatap temannya dengan nanar. “va.. lo sayang sama Navi? kalau memang hati lo bukan buat dia kenapa lo harus ngerasa sakit.?”
Matanya mulai terasa panas dan cairan hangat itu meluap  membasahi pipi reva tanpa bisa ia tahan.
“ta.. tapi yang gue suka daniel.. bukan Navi.” Sahutnya dengan suara bergetar.
Arsha mengusap air mata Reva dengan pelan , dan berkata “Va. Jangan bohongi perasaan lo lagi dan mementingkan ego sendiri. Coba lo hilangkan ego itu dan rasakan dengan apa yang hati lo rasa bukan dengan apa yang lo pikirkan..”
Tangisnya kemudian pecah. Ia tidak bisa lagi menahan air mata ini agar tidak jatuh. Dadanya terasa sangat sesak setiap kali ia  bersikeras untuk menahan semuanya.
“gue.. gue bingung. Gue bingung sama semua ini. gue bingung sama hati gue.. gue benci keadaan ini.. gue capek sha..”  ujarnya dengan tangis yang semakin histeris.
Arsha merangkul temannya itu dalam pelukan. “va.. Cuma lo yang tahu gimana perasaan lo. Cuma lo yang tahu jalan keluarnya.” Katanya pelan mencoba menenangkan.
Reva  larut dalam tangisannya. Air mata ini seakan enggan untuk berhenti dan kebingungan ini membuat Reva rasanya ingin mati. ya berlebihan. Namun semua ini terasa berat. Ia ingin melepaskan semuanya.
Jika ia bisa memohon. Tolong hilangkan semua perasaan ini. baik untuk daniel ataupun Navi. Bisakah?
Bisakah ia hidup tenang tanpa merasakan sakit di hati ini?
======

Reva  mengeluarkan isi dari kotak pemberian Navi. Didalamnya terdapat sebuah surat dengan amplop berwarna merah. Dan  juga beberapa foto. Objek foto itu adalah dirinya sendiri. Reva terpekur memandangi foto-foto itu.
“Kapan dia mengambil foto-foto ini” batinnya.
Semua foto itu diambil tanpa sepengetahuannya. Ketika ia sedang melamun, tertawa, belajar, tertidur  dan semua kegiatan yang dilakukan Reva.  Tapi tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah foto.
“foto ini..”
Di foto itu terlihat Reva yang hampir tertidur di bangku  halte bus karena menunggu papa menjemputnya. ia berpikir sejenak. Bagaimana mungkin. Reva baru mengenal Navi ketika ia satu sekolah di SMA.
Ia membaca tulisan yang ada di baliknya.
“wajahnya sangat lucu. Sepertinya ia sangat capek.. hehe .foto. ini aku ambil menggunakan kamera pertama yang diberikan oleh ayahku. Dan betapa terkejutnya  ternyata aku satu SMA dengannya. “
Reva merasakan jantungnya berdebar-debar.
Ia kemudian beralih pada amplop merah yang juga terdapat dalam kotak itu. Dengan ragu ia mulai membaca tulisan tangan Navi untuknya.

Reva..
Aku penasaran, waktu kamu baca surat ini kamu nangis apa enggak ya..? aku harap kamu gak nangis, kalau kamu nangis... kamu tahu, hatiku juga ikut  sakit.
Sejak awal kita bertemu, aku tahu hatiku terbawa pergi bersamamu..ya sejak awal bahkan sebelum kamu mengenalku.
Hari-hariku berubah. Aku merasakan debaran, rindu, dan sakit ketika aku mengenalmu.
Mulai dari bercanda, menggodamu, membuatmu kesal, dan semuanya membuatku sangat bahagia dan bersyukur., aku bersyukur karena pernah mengenalmu.
Meskipun aku tahu hati dan cintamu tidak pernah untukku, ketika pertama kali aku menyatakan perasaan ini dan mendapat penolakan,aku tetap yakin.  aku selalu percaya diri dan berkata, aku tahu segala hal akan indah pada waktunya. Dan aku tidak akan pernah berhenti berharap bahwa suatu saat kamu akan datang padaku.
Rasanya begitu sakit, namun aku tidak pernah bosan untuk mengejar dan berharap pada cintamu.
Aku ingin perasaan ini mengalir apa adanya.
Namun, ketika aku tersadar. Aku begitu jahat dan egois. Aku hanya memetingkan perasaanku  tanpa memandang dirimu. Aku menjadi penghalang perasaanmu. Meskipun aku tahu itu, aku tetap bersikeras untuk mengejarmu. Aku merasa jahat dan sangat egois. Iya kan?
Karena itu, aku melapaskanmu. Tapi bukan berarti aku menyerah pada cintamu.
Jika memang kamu takdirku, bukankah dengan sendirinya waktu akan membawamu kembali. Tapi jika bukan, maka aku ikhlas. J
Satu hal yang harus kamu tahu, aku mencintaimu sampai kapanpun.
Jika aku boleh memohon, bisakah kamu datang padaku? Bisakah kamu mengembalikan hatiku yang sudah terlanjur tertinggal?
Bisakah,, kau berbalik arah dan mencintaiku.?
Bahkan ketika akhirnya aku melangkahkan kaki ini pergi, aku masih memohon kepada tuhan bahwa kamu akan berbalik dan melihatku. 
Tapi semua hanya harapan. Harapan yang sulit untuk kugenggam.
Kenangan yang kamu berikan akan tersipan rapi dalam ingatanku. Aku pergi, untukmu..
Aku tidak pernah lelah untuk menanti..
Aku hanya mengalah pada kenyataan.. Aku tidak ingin melukaimu..
aku ingin kamu bahagia bersama orang lain. Aku ikhlas. Dan.. jangan menangis lagi. Kamu ingat kan,, kalau kamu tidak ingin aku datang padamu, jangan menangis dan hiduplah bahagia. Maka aku tidak akan datang padamu.
Dan.. Reva. aku.. aku mencintaimu. Entah sampai kapan. Tapi aku berharap aku bisa berhenti mencintaimu kalau aku bisa.. tapi, aku tidak pernah bisa melakukannya.
maaf kalau aku pernah membuat masalah dalam hidupmu.
Kita tetap bersahabat bukan?
Navi

Reva memejamkan matanya. Tangannya bergetar memegang secarik kertas itu. Tangisnya pun pecah. Ia menyesali semuanya. Ia menyesali kebodohannya. Mengapa ia harus merasakan semua ini begitu terlambat?Ia mengutuk perasaannya sendiri. Saat ini ia hanya berharap waktu bisa membawanya kembali. Tapi semua hanya harapan bodoh yang tidak akan pernah terjadi.  
Tangisnya semakin histeris. Ia membungkam mulutnya dengan tangannya sendiri menahan agar tangisnya tidak terdengar oleh orang lain.
bisakah navi kembali padanya? Jangan pergi!


3 tahun kemudian.
“barang-barang udah legkap va..?” ujar Arsha.
Reva mengingat-ingat dan mengecek kembali barang-barang yang akan dibawanya. “hem kayaknya udah semua deh.” Jawab reva.
“yaudah. Ayo kita segera ke bandara. Takutnya nanti macet dijalan.” Kata Daniel yang juga berada disitu. Ia lalu memasukan koper-koper yang dibawa Reva masuk ke Bagasi.
“Thanks niel..”
Mereka pun masuk ke dalam mobil. arsa duduk di jok belakang dan Reva duduk disamping kursi kemudi yang diduduki daniel.
Danielpun segera menyalakan mesin mobilnya dan melaju pergi menuju bandara.
Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam. Daniel fokus mengemudikan mobil dan Arsha sibuk makan-katanya ia tidak sempat sarapan- dan Reva sibuk dengan pikirannya sendiri.
Dua jam kemudian mereka sampai  di bandara.
Masih ada waktu sekita setengah jam lagi sebelum pesawat take off. Merekapun duduk di kursi tunggu sambil berbincang.
“Va, keputusan lo udah bulat mau tinggal di Bali?” tanya Arsa.
Reva mengangguk pelan ,”iya lah. Gue rasa, gue butuh suasana baru. Lagipula gue kesana buat bantu papa mengelola restorannya sambil kuliah.” Jawabnya.
“gue pasti kangen banget sama kamu Va.” Ucap Daniel menambahkan.
“sekarang kan jaman udah canggih. Banyak cara buat komunikasi.”
Mereka pun mengobrol sesekali bercanda dan tertawa bersama. Kemudian terdengar suara peberitahuan bahwa pesawat akan segera berangkat dan penumpang diharapkan segera naik. Mereka pun bangkit dari duduknya. 
“nah udah waktunya, gue harus pergi” ucap Reva.
Arsha menampakkan wajah sedihnya dan matanya yang mulai berkaca. Gadis ini memang selalu kadang berlebihan.
“sha gue Cuma pergi ke Bali dan gue enggak pergi jauh jadi lo gak perlu sedih berlebihan gitu ah..”
“Tapi kan tetap aja kita gak bisa ketemu. Nanti siapa yang bayarin gue makan lagi...” kata Arsha sambil terisak pelan.
Reva hanya tertawa kecil mendengar perkataan sahabatnya yang satu itu. Ia lalu memeluk sahabatnya, “pas liburan lo kan bisa mampir ke Bali.. nanti disana gue traktir lo makan sepuasnya di restoran papa. Oke..”
Kemudian ia beralih pada Daniel yang sedari tadi diam.  Reva pun melangkah mendekat ke arah Daniel dan memeluknya juga.
“Jaga diri baik-baik ya. Dan jangan lupain aku.  Aku  yakin kamu pasti akan mendapatkan seseorang yang baik. lebih dariku. Meskipun aku enggak bisa ngasih jawaban yang kamu mau, tapi kamu selalu jadi sahabat terbaikku. Dan kamu juga begitu kan..?”
“i’ll miss you va. Tentu, aku akan selalu jadi sahabat terbaik buat kamu.”
Dan.. aku juga akan tetap mencintai kamu.
“I’ll miss you too..”  ucap Reva. ia kemudian melepaskan pelukannya.
Ia merasa matanya mulai terasa panas. Terlalu banyak kenangan disini yang akan ia rindukan. Arsha, Daniel. Ia akan sangat merindukan masa-masa ketika mereka bercanda dan tertawa bersama.
Bahkan kenangan tiga tahun lalu ketika mereka sama-sama masih SMA msih tersimpan rapi dalam memorinya. Termasuk orang itu. Navi.
“aku sama Arsha pasti datang ke Bali kalau kuliah kita libur..” ujar Daniel.
“kalau sudah sampai jangan lupa kasih kabar ke gue ya Va..” tambah Arsha.
Reva kemudian berbalik badan dan berjalan pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Setelah melewati penjaga dan memberikan tiketnya, ia kembali menoleh dan melambaikan tangannya untuk terakhir kalinya.
Setitik air mata mengalir dari matanya.


 Reva sudah berada di dalam pesawat. Ia langsung menduduki kursinya. Di samping tempat duduknya ternyata telah diisi oleh seorang laki-laki. Reva hanya melihatnya sekilas karena ia memakai kacamata hitam dan wajahnya tertutup koran yang ia baca. Reva tidak terlalu menghiraukan orang itu.
Kemudian datang seorang pramugari yang menghimbau agar segera mengenakan sabuk pengaman karena pesawat akan segera take off.
“maaf nona. Silakan kenakan sabuk pengaman anda.” Ujar si pramugari itu dengan sopan.  Reva hanya mengangguk. Sebenarnya ia agak sedikit tegang karena ini pertama kalinya ia naik pesawat. Ia membayangkan kejadian-kejadian kecelakaan pesawat yang ia tonton di berita-berita.  Membuatnya bergidik.
Tidak berapa lama pesawat mulai berjalan. Keringat dinginpun mulai membasahi keningnya. Ia berdebar. dan.. guncangan pesawat semakin kencang karena mulai naik.
Reva memejamkan matanya, ia merasa tangannya dingin. Tapi tiba-tiba ia merasakan tangannya hangat. Seperti digenggam oleh seseorang. Entah mengapa Reva merasa sedikit tenang, matanya tetap terpenjam.
Beberapa menit kemudian, guncangannya mulai hilang. Dan pesawat terbang dengan tenang.
Reva membuka matanya perlahan dan menghela nafas. Ia masih hidup, syukurlah.
Eh tunggu. Ia masih merasakan tangannya hangat. Ia terperanjat. Ternyata seseorang memang menggenggam tangannya.  Dia orang yang duduk disampingnya.
Ia mengamati orang itu dan nafasnya tercekat ketika mengenali siapa dia.
“muka kamu lucu ya kalau ketakutan.. “ ucapnya sambil melepaskan kacamata hitam yang ia kenakan.  Ia kemudian tersenyum.
“Navi..” gumam Reva nyaris tidak terdengar.
“ya.. Reva. lama enggak ketemu.. “ ucapnya lagi. masih dengan senyuman tersungging di wajahnya.
Entah mengapa air mata tiba-tiba mengalir dari pelupuk mata Reva. Navi. Jangan-jangan Reva hanya bermimpi.
tIdak ini kenyataan. Navi memang berada didepannya saat ini. tanpa sadar badannya terdorong dan langsung memeluk Navi.  Navi sedikit terkejut, namun akhirnya ia membalas pelukan Reva.
Reva hanya terdiam  dan menangis dalam pelukan Navi.  Ia tidak perduli orang-orang di sekitarnya melihat mereka. Ia hanya ingin memeluk Navi. Ia sangat merindukan orang itu.
“ jangan pergi lagi.” ucap Reva lirih.
Navi mengangguk pelan sambil mengusap lembut rambut Navi, “Kalau kamu bilang gitu, aku enggak akan pergi.”
Reva mendekap Navi semakin erat. Ia menangis tersedu dalam pelukan sahabatnya itu. Sahabat yang ia cintai. Ia tidak akan melepaskannya lagi. pun Navi juga tidak akan pernah melepaskan Reva lagi.
Ternyata benar. Jika memang seseorang telah ditakdirkan untukmu, maka waktu yang akan mengembalikannya padamu. Tiga tahun bahkan tidak sedikitpun merubah perasaan mereka terhadap satu sama lain.  Karena inilah takdir.


__
End
Haha ini cerpen yang rada gak jelas sih ya. karena udah terlanjur begini adanya jadi gue lanjutin terus-terusan. Ceritanya juga masih belum jelas ya mhon maklum masih belajTWE

kalo yg baca gak ngerti sama ceritanya sama saya juga.. eh *pletak 
DON’T COPAS peliss.. J